Gresik, beritalima.com | Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menekankan bahwa kaderisasi tidak sekadar sebagai sarana mengenalkan calon anggota. Akan tetapi, kaderisasi diharapkan menjadi teladan bagi setiap anggota. Dengan demikian, jiwa kepemimpinan yang didapat benar-benar berkualitas.
“Mudah-mudahan kaderisasi berjalan dan kami tekankan tadi, kita tidak semata-mata melihat kuantitas, melainkan juga melihat kualitas agar semakin diasah jiwa kepemimpinannya,” kata Wagub Emil dalam kegiatan pembukaan pelatihan kepemimpinan lanjutan I Pengurus Cabang Gerakan Pemuda Ansor di Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi, Manyar, Kabupaten Gresik, Kamis, (18/11/2021).
Agar jiwa kepemimpinan GP Ansor tercapai, Wagub Emil menyampaikan konsep kepemimpinan 360 derajat. Artinya, jiwa kepemimpinan bukan dari jabatan, akan tetapi melihat seberapa keteladanan yang ditunjukkan dalam menjalankan sebuah amanah agar mencapai tujuan bersama.
“Mereka yang berada di posisi ini harus memiliki kemampuan untuk memimpin ke atas (lead up), memimpin ke samping (lead a across), dan memimpin ke bawah (lead down). Termasuk konsep kepemimpinan yang menggerakkan bukan memerintah,” jelasnya.
Tentunya, lanjut Wagub Emil, konsep-konsep kepemimpinan semacam ini bisa memberi sedikit masukan bagi rekan-rekan. Mengingat, eksistensi Ansor sebagai gerakan kepemudaan kuat dari sisi keumatan maupun kebangsaan.
“Bentuk dari profesionalisme berorganisasi. Kita ingin semangat kebangsaan dan semangat keumatannya sebagai banom dari Nahdatul Ulama juga akan menunjukkan eksistensi profesionalisme,” tandas pria yang juga menjabat sebagai Ketua IPHI Jatim itu.
Setelah membuka acara kaderisasi GP Ansor, Wagub Emil berkesempatan meninjau Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi. Didampingi, pengasuh Ponpes Ushulul Hikmah Al Ibrohimi, KH Zainur Rosyid Husnan, Ketua PC GP Ansor Gresik, Abdul Rokim dan Ketua PCNU Kab. Gresik Nadhila, Wagub Emil menyapa santri-santri sekaligus menyinggung program One Pesantren One Product (OPOP).
Menurut Emil, di Ponpes Ibrahomi, terdapat satu produk yang memproduksi minuman herbal bernama silaheng. Pemprov Jatim, kata Wagub Emil, sejatinya telah memiliki OPOP Mart serta program Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren). Tujuannya, menambah dana bergulir bagi mereka dalam mengembangkan usaha.
“Tentu kami akan memilah-milah. Misalnya, di sini untuk produk yang sudah seatle. Atau ingin membuat produk yang baru lagi. Nanti semuanya bisa disenergikan dengan program OPOP,” jelasnya.
Dalam pengembangan OPOP, lanjut Wagub Emil, kata kuncinya ada tiga, pertama santripreneur. Santri yang berada di sini, bukan hanya belajar text book, melainkan juga belajar hidup. Bagaimana mereka menjalankan usaha secara mandiri dan kuat secara ekonomi. Kedua, pesantrenpreneur. Santri boleh datang dan pergi, tapi unit usahanya terus berkelanjutan seperti halnya minuman herbal silahen. Ketiga, sosialpreneur. Ketika sudah menjadi alumni, mereka masih mengingat almamaternya dan ikut sengkuyung mengembangkan produk pesantren. “Tiga pilar ini yang akan kita dorong di OPOP,” tandasnya.
(red)