PASURUAN, beritalima.com | Ketua TP PKK Jatim Arumi Bachsin Emil Dardak membuka pelaksanaan Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) di Kabupaten Pasuruan. SOTH ini merupakan pilot project Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang didukung sepenuhnya oleh PKK Jawa Timur. Melihat bagusnya program tersebut, Arumi pun berharap agar program SOTH dapat diduplikasi kabupaten/kota lain di Jawa Timur.
“Harapan saya bisa di copy paste di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur,” kata Arumi usai membuka SOTH di Pendopo Nyaweji Ngesti Wenganing Gusti, Kabupaten Pasuruan, Jumat (4/6) pagi.
Arumi menjelaskan, saat ini pelaksanaan SOTH di Kab. Pasuruan sementara hanya dilaksanakan di 2 kecamatan. Yaitu di Kecamatan Rejoso dan Kecamatan Pandaan. SOTH sendiri merupakan kurikulum Bina Keluarga Balita (BKB) yang dikemas dalam format klasikal dengan beberapa penyesuaian dan penyempurnaan. Pelaksanaannya dilaksanakan setiap akhir pekan selama 13 Minggu.
“Sistemnya Bina Keluarga Balita itu kan biasanya hanya diskusi saja, kurikulum yang sudah bagus itu kita sampaikan dalam bentuk kelas-kelas,” jelasnya.
“Jangan khawatir, karena memang waktunya sangat disesuaikan, jam kelasnya tidak panjang dan juga kalau nggak salah di akhir minggu seminggu 1 kali,” imbuhnya.
Lebih lanjut Arumi menjelaskan, SOTH memerlukan waktu sampai 13 Minggu. Materi yang diberikan meliputi aspek dan permasalahan parenting atau pola asuh anak.
“Supaya lebih masuk karena yang dalam BKB itu biasanya hanya diskusi, sistemnya hanya pendekatan tetapi jarang yang bisa dicerna 100 persen,” lanjutnya.
Terkait peserta, Arumi pun menyampaikan, SOTH bisa diikuti para orang tua yang memiliki anak di usia emas atau anak usia 0-6 tahun dan para calon orang tua, termasuk ayah. Selama 13 Minggu, seorang ayah minimal mengikuti 3 kali pertemuan. Pertama di awal pertemuan, kedua di tengah saat evaluasi paruh waktu dan ketiga saat evaluasi akhir.
“Kader Posyandu dan Puskesmas BKB itu yang paling tahu siapa ya ibu-ibu ataupun calon ibu, ibu lagi hamil ataupun ibu-ibu yang memiliki balita termasuk ayahnya. Ayah itu biasanya apa ya namanya persuasinya itu agak lebih susah daripada ibu-ibu, yang penting kita kasih batas minimal tiga kali harus datang,” urainya.
Arumi juga mengungkapkan, pelaksanaan SOTH akan terus dimonitor, dan dievaluasi. Pasalnya, sebagai pilot project tentu akan ada yang diukur, diamati dan dianalisa sebelum diimplementasikan di daerah lain di Jawa Timur.
“Karena namanya juga kalau project, kita ingin melihat antusias dari masyarakat, pasti dalamnya ada kekurangannya ada kelebihannya. Nah ini yang menjadi dasar untuk evaluasi,” ungkapnya.
Arumi pun berharap, pelaksanaan SOTH kedepan dapat berjalan lancar dan menghasilkan orang tua yang mengerti dan memahami pola pengasuhan yang baik terhadap anaknya atau banyak dikenal dengan parenting. Meskipun setiap orang tua memiliki teknik yang berbeda dalam mengasuh anak.
“Harapannya ya pasti bisa lancar kemudian menghasilkan orang tua- orang tua yang memang mengerti sebenarnya pola pengasuhan anak yang baik,” pungkasnya.(*)