Oleh : Haidar Alwi Institute (HAI)
Masyarakat tidak perlu panik dalam merespon fenomena Virus Corona di Indonesia. Sungguh, ancaman dan bahayanya tidaklah sebesar apa yang digaungkan dan bersemayam dalam pikiran kita selama ini. Stigma negatif yang diikuti dengan kepanikan luar biasalah yang membuatnya terlihat sebagai wabah mematikan.
Ilmuwan termasyhur seantero jagad raya, Albert Einstein pernah mengatakan bahwa “Hakikatku adalah apa yang aku pikirkan, bukan apa yang aku rasakan”. Sebuah kalimat sederhana namun mengandung seribu makna.
Ketika rasa takut telah menguasai manusia, segala hal kecil akan nampak besar dan luar biasa. Orang yang berpikir bahwa dirinya akan sakit, walau memiliki daya tahan tubuh kuat, akan rentan jatuh sakit. Demikian pula sebaliknya, jika kita mampu mengatasi rasa cemas, khawatir, takut dan panik berlebihan, maka otak akan berfungsi dengan semestinya. Orang yang berpikiran sehat, pola hidup sehat dan mentalnya sehat serta imunitas kuat akan terhindar dari penyakit.
Semua itu bukan ujug-ujug. Bukankah sudah terbiasa tiap hari makan di pinggir jalan bercampur debu dan polusi? Lalu kenapa mendadak higienis memborong hand sanitizer bertangki-tangki? Bukankah melawan arus kebut-kebutan tak peduli keselamatan sudah menjadi budaya? Bukankah tiap hari membaca “rokok dapat membunuhmu” namun tetap merokok? Kenapa pula sekarang tiba-tiba takut mati terserang virus hingga menimbun masker sampai jutaan lembar.
Pada akhirnya bukan virus yang membunuhmu, tapi ketakutanlah yang akan membuatmu mati. Intinya, biasakan pola hidup sehat, mental dan pikiran yang sehat serta mencerna informasi akurat dan bermanfaat, bukan hoax atau sensasi sesaat. Satu hal yang harus diketahui, sampai saat ini belum ada pasien meninggal dunia yang murni disebabkan oleh Virus Corona, melainkan akibat komplikasi penyakit yang diderita sebelumnya. Waspada boleh, panik jangan!
Apalagi, fenomena Virus Corona di Indonesia makin hari makin kental akan aroma politis. Para pejabat pemerintah yang memegang peranan penting dalam menciptakan ketenangan di masyarakat justru malah menimbulkan kegaduhan. Bahkan tidak dapat dipungkiri bahwa Virus Corona menjadi ajang kompetisi pembuktian diri antara pemerintah pusat dan daerah.
Hal ini dapat dilihat dari kebijakan yang tidak sejalan, bahkan cenderung bertolak belakang dalam merespon Virus Corona. Ketika pemerintah pusat berusaha menenangkan, pemerintah daerah justru memperparah keadaan.
Masing-masing pihak mencari panggungnya sendiri dengan cara yang berbeda. Mereka berusaha menjadi sosok pahlawan demi meraih simpati masyarakat. Dukungan simpatisan, buzzer atau influencer dalam menggiring opini publik melalui dunia maya sangat berpengaruh signifikan.
Perdebatan mengenai siapa yang terbaik tidak terhindarkan. Akhirnya, masyarakat awam menjadi kebingungan. Padahal, kerjasama dan koordinasi yang baik sangat dibutuhkan oleh masyarakat demi ketersediaan informasi satu pintu dan terpusat.
Diperparah lagi dengan pemberitaan berlebihan oleh media dan penyebaran hoax yang tidak terkendali. Orang-orang dengan gampangnya termakan dan terburu-buru menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya. Tidak heran bila kemudian ternyata kepanikan lebih cepat menyebar ketimbang Virus Corona itu sendiri.
Ia menjelma menjadi sebuah sosok mengerikan layaknya malaikat maut yang seketika siap mencabut nyawa. Masyarakat tiba-tiba sadar betapa pentingnya menjaga kesehatan. Apotek-apotek dan toko obat lainnya diburu, aneka jenis sembako pun diserbu. Masker dan hand sanitizer naik kelas menjadi barang mewah dan langka yang dicari banyak orang.
Sesuai dengan hukum ekonomi, jika permintaan tinggi maka harga akan naik. Namun, kenaikan harga alat-alat kesehatan di pasaran sudah tidak masuk akal. Para distributor dan pedagang mematok harga berkali-kali lipat dari harga normal. Kepanikan dimanfaatkan untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya tanpa menghiraukan moral dan kemanusiaan.
Kegiatan keramaian dibatasi, tempat-tempat wisata sepi, turis pergi, harga barang melonjak tinggi, investor sangsi, ekonomi pun menjadi letih. Saling menyalahkan itu pasti! Ketimbang memberi solusi! Siapa yang rugi? Saya, anda, kita semua, rakyat Indonesia! Mari bersama melawan Virus Corona! *HAI*