KUPANG, beritalima.com – Dalam enam bulan ini, Badan Urusan Logistik (Bulog) Divre Nusa Tenggara Timur sudah menggantikan beras sejahtera (Rastra) yang ditemukan rusak sebanyak 20,685 ton. Dan tonasi sudah lebih dari 3.000 ton untuk Kota Kupang dan Kabupaten Kupang dalam enam bulan.
Demikian disampaikan Kepala Bidang Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Divre NTT, Dominggus Foes kepada wartawan media ini di ruang kerjanya, Senin (10/7).
Dikatakan Dominggus, saat ini ada sejumlah desa dan kelurahan di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang yang mengembalikan beras Rastra dengan alasan karena kualitas. Pengembalian beras Rastra rusak ini didominasi oleh masyarakat.
Bulog pada prinsipnya sebagamana petunjuk pemerintah bahwa masyarakat yang mengembalikan beras Rastra diganti dengan beras yang kualitas lebih baik.
“ Contohnya barusan tadi masyarakat Desa Pukdale, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang mengembalikan beras Rastra sebanyak 75 karung atau 1,80 ton sudah diganti dengan beras kualitas medium yang lebih baik,” ujar dia.
Menurut Dominggus, pada saat melaksanakan penyaluran itu sudah disortasi, tapi bisa saja karena sortasi tenaga manusia ada yang luput. Sehingga yang luput itu, Bulog beri kesempatan kepada masyarakat untuk membagikannya di Kantor Desa/Lurah. Apabila beras yang diterima masyarakat dianggap tidak layak konsumsi maka diganti dengan beras yang baik.
Ia menjelaskan, beras Rastra ini mengalami kerusakan karena masa simpan sudah diatas tujuh hingga delapan bulan. Karena produksi beras di NTT ini tidak cukup untuk kebutuhan masyarakat NTT. Pada tahun 2017, Bulog menargetkan membeli dari produksi petani 13.950 ton, dan sampai sekarang ini baru mencapai 900 ton. Padahal kebutuhan Rastra untuk NTT 81.000 ton lebih.
“ Jadi kami datangkan Rastra NTT ini sekitar 120.000 ton baik untuk Rastra maupun PNS dan TNI/Polri. Itu didatngkan dari beras Bulog yang ada di Bulog Surabaya, NTB dan Sulawesi Selatan,” jelasnya.
Dia menjelaskan, Bulog melaksanakan stabilisasi harga ditingkat produsen dan konsumen. Ketika panen maka Bulog juga harus menjaga stabilisasi harga waktu panen. Sehingga kalau harga jatuh dibawah Rp 7.300 sesuai yang ditetapkan oleh pemerintah maka Bulog beli.
“ Jadi beras – beras yang kita miliki saat ini sebagian besar adalah pembelian tahun 2016. Disimpan disana ketika stok di NTT berkurang maka disuplay dari tiga daerah itu. Disini tentu masa simpan beberapa bulan lagi. Karena Rastra di NTT jalannya bulan Mei 2017. Sehingga kami terima dari awal tahun lalu disimpan lagi. Karena masa simpannya mendekati satu tahun tentu kualitasnya mengalami perubahan,” kata Dominggus menjelaskan.
Ia menambahkan, tahun 2016 kualitas beras baik karena beras impor. Tetapi tahun ini, Indonesia sudah mengalami swasembada beras sehingga pemerintah tidak mengijinkan lagi impor. Sementara NTT ini produksi lokalnya tidak cukup maka Bulog mendatangkan beras dari NTB, Sulsel dan Surabaya. (L. Ng. Mbuhang)