Bung Karno Perlu Diangkat Menjadi ‘’Bapak Bangsa’’

  • Whatsapp
Caption: Sekjen Barisan Relawan Jalan Perubahan (BaraJP) Yayong Waryono berbicara dalam perayaan ulang tahun BaraJP ke 4 pada Kamis (15/6) di Jakarta. BaraJP lahir di Gedung Indonesia Menggugat (GIM) Bandung 15 Juni 2013, gedung tempat Bung Karno diadili penjajah Belanda dengan pledoi "Indonesia Menggugat." (Foto/Ivan Roy Hutapea)

JAKARTA, beritalima.com – Dengan menjadikan tanggal 1 Juni sebagai hari lahir resmi Pancasila dan tanggal 1 Juni menjadi hari libur sejak 2017, merupakan kemajuan besar dalam menghargai Pancasila sebagai pemersatu NKRI dan wujud final ideologi bangsa.

“Tetapi masih perlu mengangkat Bung Karno sebagai ‘Bapak Bangsa’ yanng telah membangun fundasi kebangsaan sehingga tetap bersatu sampai sekarang,” kata Yayong Waryono, dalam ulang tahun ke 4 Barisan Relawan Jokowi Presiden (BaraJP) di Jakarta Kamis (15/6) malam.

Menurut Wakil Sekjen BaraJP Yayong Waryono, revolusi mental yang menjadi salah satu program mensukseskan Nawacita, bisa juga dibangun melalui penghargaan kepada idelogi bangsa.
“Kalau sudah menghargai yang membangun ideologi bangsa (penggali Pancasila), dengan sendirinya akan menghargai dan menjunjung tinggi idelogi bangsa tersebut,” jelas Yayong, yang juga Sekjen Barisan Relawan Jalan Perubahan (yang juga disingkat BaraJP).

Bara JP (Jokowi Presiden dan Jalan Perubahan), merupakan dua organisasi kembar yang didirikan dalam Kongres Pendukung Jokowi Se-Dunia di Gedung Indonesia Menggugat (GIM) Bandung, 15 Juni 2013.

Ide Dasar BaraJP adalah perubahan, tercermin dari pemilihan lokasi kongres di Gedung Indonesia Menggugat (GIM) Bandung, tempat Bung Karno diadili 1930 dengan pledoi Indonesia Menggugat.
Meskipun penggagas BaraJP mayoritas berdomisili di Jakarta, namun dirasa perlu perlu napak tilas sejarah perubahan dengan mengambil tempat di GIM Bandung.

Para penggagas awal BaraJP adalah aktivis dan wartawan. Kini BaraJP ada di 34 propinsi dan puluhan negara. Grup Facebook yang dikelola BaraJP yaitu Relawan Jokowi Presiden, mempunyai 1,1 juta anggota.

BaraJP sangat percaya pada urgensi tindakan, seperti yang dikatakan Leonardo da Vinci: “Saya terkesan dengan urgensi tindakan. Memahami tidaklah cukup, kita harus menerapkan. Berharap tidaklah cukup, kita harus mewujudkan.”

Bila kata-kata da Vinci dibikin lebih ringkas, maka yang paling pas adalah kata-kata Wiji Thukul: Aku bermimpi tentang sebuah gerakan, tapi mana mungkin kalau diam.
Dalam bingkai urgensi tindakan dan “tidak mungkin diam” itulah yang membuat BaraJP setia mengawal Nawacita, sekaligus mendorong kesadaran membangun NKRI dengan tiada henti. Pancasila adalah harga mati, yang harus terus diperjuangkan.

Senjata utama mewujudkan perubahan adalah pendidikan. Di dalamnya ada literasi (membaca dan menulis), penggerak revolusi mental agar lebih mengenali situasi dan peran yang bisa diemban.
Mendesak pula mengangkat Bung Karno menjadi “Bapak Bangsa” agar Pancasila dan NKRI semakin kokoh sebagai “nyawa” Indonesia. (Ivan Roy Hutapea)

beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *