JAKARTA, Berita lima.com – Kader PDIP Papua Barat Markus Waran yang ditugaskan oleh partai untuk membantu Tim Pemenangan Ahok Jarot pada Pilkada DKI Jakarta putaran ke dua tidak memilih-milih tempat untuk meyakinkan warga tentang kelebihan pasangan Ahok Jarot, kemarin.
Bahkan kampanye yang dilakukan Markus Waran diadakan di daerah pemukiman yang berpenghuni mayoritas anggota Forum Pembela Islam yang disingkat FPI, Markus tetap menjalankan tugasnya sebagai kader partai untuk mensosialisasikan program-program Ahok Jarot, sebagai mana diberitakan Cahaya Papua.
Sesuai dengan pantaun media, lokasi yang dijadikan tempat tatap muka dengan ibu-ibu yasinan Al-Kidah, Kampung Bakti RW 7, Kelurahan Cideng Senen, Jakarta adalah tepat di depan rumah anggota FPI.
Terlihat salah satu warga dengan berkostum lengkap dengan topi bertuliskan laskar FPI sempat berdiri mendengarkan cerama Markus kepada ibu-Ibu yasinan. Tidak berselang lama pemuda tersebut kembali ke dalam rumahnya kemudian keluar dengan kostum yang berbeda dan berpamitan meninggalkan lokasi pertemuan tersebut.
Pada pertemuan yang berlangsung kurang lebih satu jam tersebut, Markus lebih menanamkan prinsip toleransi beragama bagi warga yang ada di di lokasi tersebut, sebagaimana layaknya manusia harus hidup rukun dan bagaimana toleransi beragama yang sangat di pegang teguh di Tanah Papua.
Salah satu contoh yang di sampaikan adalah kegiatan rutin umat muslim usai menjalankan ibadah Puasa, yang mana pada Takbiran di wilayahnya tidak hanya umat muslim yang melakukan konvoi, namun warga yang menganut agama lain juga ikut bersama merayakan hal tersebut.
Tidak hanya itu, Markus juga membagikan pengalaman umat muslim yang ada di Ransiki beberapa puluh tahun lalu, kenangnya saat itu situasi daerah sedang goyang. Saat itu ada kekuatiran umat yang memeluk agama Islam untuk menjalankan solat Ied, namun dengan kebersamaan warga setempat para tetua adat memberikan jaminan bagi warga muslim yang ada di Ransiki, Kabupaten Mansel saat ini untuk menjalankan ibadah sholat Ied, untuk lebih meyakinnya warga asli yang ada di wilayah itu langsung turun tangan menjaga Masjid An’nur, dimana ibada sholat berlangsung.
“Saya yakin di Jakarta sebagai daerah yang patut dicontoh juga memiliki toleransi umat beragama yang cukup tinggi,” pungkasnya. (*)