Bupati Tulungagung Kukuhkan Relawan Pengurus FPRB

  • Whatsapp

Tulungagung, beritalima.com- Bupati Tulungagung, Jawa Timur, Drs. Maryoto Birowo, M.M., resmikan pengurus Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Kabupaten Tulungagung,masa Bakti 2021-2024. Kamis (14/10/2021).

Dihadiri Sekda Tulungagung sekaligus Ketua BPBD Tulungagung, Drs. Sukaji M.Si., Kapolres Tulungagung, AKBP. Handono Subiakto S.I.K , S.H., M.H., Dandim 0807, Letkol Inf. Yoki Malinton Kurniafari, S.H., M.Tr(Han)., M.I.Pol., serta peserta forum.

Suroto ketua BPBD Tulungagung mengatakan, FPRB (Forum Pengurangan Resiko Bencana),bertujuan, meningkatkan pemahaman masyarakat dalam hal pengurangan resiko bencana, meningkatkan sinergitas pentahelix dalam penanggulangan bencana,dan program pengurangan risiko bencana. Menciptakan koordinasi yang baik antara pemangku perangkat daerah dan masyarakat, meningkatkan efektif dan keefisien dalam melaksanakan pengurangan risiko bencana.

“FPRB wadah independen yang menyatukan berbagai pihak, pemerintah, masyarakat, sektor usaha, akademisi, dan media.Bergerak dan mendukung berbagai upaya pengurangan risiko bencana di daerah,” terangnya.

Lanjut Suroto, ada delapan poin yang mendasari dibentuknya FPRB kabupaten Tulungagung, yaitu:

1. FPRB merupakan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan bencana di daerah.
2. FPRB mitra BPBD.
3. Meningkatkan keterpaduan kegiatan pengurangan resiko bencana.
4. Sebagai wadah memberikan masukan dan informasi secara konstruktif dalam penanggulangan bencana di daerah.
5. Turut serta dalam upaya penanggulangan bencana, mulai tahap pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.
6. Memastikan kebijakan yang di ambil dapat mengurangi resiko bencana saat ini, tidak menambah resiko bencana baru dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
7. Ikut serta dalam mitigasi pengurangan resiko bencana untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana.
8. Memastikan pemberdayaan masyarakat di lakukan di daerah dalam membangun ketangguhan terhadap bencana.

“Tulungagung sudah terbentuk delapan desa tangguh bencana, antara lain, desa Kradinan,Keboireng,Besole,Kalibatur, Nglurup,Jengglungharjo,Krosok dan Samar.Memiliki FPRB tingkat Desa,dan terdapat 54 organisasi relawan yang terdiri dari berbagai unsur,” ungkap Suroto.

Bupati Tulungagung mengatakan, bencana bukan hanya tanggung jawab Pemerintah, tetapi,merupakan tanggung jawab bersama dan membutuhkan kerjasama semua pihak dalam menanganinya.

“Pengukuhan pengurus FPRB kabupaten Tulungagung sudah sesuai dengan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008,tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana,” ujarnya.

Bupati juga memaparkan, Indonesia merupakan wilayah yang rawan bencana, dimana Indonesia di kelilingi tiga lempeng aktif dari ring of fire.Letak geografis kabupaten Tulungagung yang membentang dari Utara ke Selatan dari pengunungan hingga pesisir pantai, memiliki berbagai potensi bencana yang tersebar di hampir seluruh wilayah.

“Bencana alam berpotensi terjadi, bencana geologi berupa gempa bumi, gerakan tanah dan tsunami. Bencana hidrometeorologi berupa banjir, tanah longsor, kekeringan, cuaca ekstrim, angin kencang dan kebakaran hutan,” paparnya.

Penanggulangan bencana di kabupaten Tulungagung, harus mengikuti arahan sistem penanggulangan bencana nasional.

“Paradigma penanggulangan bencana mengalami pergeseran, dari konvensional menjadi realistik artinya penanggulangan bencana mengalami perubahan dari yang bersifat tanggap darurat menjadi pengurangan resiko bencana,” ucap Bupati.

Bupati mengingatkan, menghadapi bencana tidak usah dengan kepanikan, karena itu perlu adanya prediksi. Dengan letak geografis Tulungagung, ditunjang dengan adanya suatu anomali musim,prediksi BMKG.

“Prediksi salah satu upaya memberitahukan lebih awal dan merupakan sinyal terjadi atau tidaknya bencana, kita perlu waspada,” tuturnya.

Harapan Bupati,dengan dibentuknya FPRB, dapat berkontribusi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana di kabupaten Tulungagung.

“Tentunya,pengurangan resiko bencana, sehingga tercipta daerah yang tangguh dengan masyarakat yang berdikari, mampu berbuat mandiri,dan mampu bangkit menuju ke kehidupan normal,” pungkasnya. (Dst).

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait