TORAJA UTARA, beritalima.com – Pembangunan poros Ba’ lele Kelurahan Mentirotiku Kecamatan Rantepao, proyek pelebaran jalan tersebut rupanya menuai protes oleh pemerhati lingkungan, Yan Sambo, pemilik Tongkonan Tanete Ba’ lele.
Sikap protes yang mereka lakukan setelah adanya penggalian bukit Singgki, hingga membuat keberadaan batu dilokasi tersebut digali yang dikwatirkan dapat merusak lingkungan serta merusak kawasan hutan dalam kota.
Padahal jelas jelas Sambo, jika kawasan batu gunung Singgki digali pihaknya kwatir akan berimbas pada kerusakan kelestarian alam Singki dengan Patung Salib yang ada saat ini.
” Kerusakan alam dapat terjadi karena kita sendiri yang merusaknya kurang peduli akan kelestarian alam tersebut,” Yan Sambo, Kamis, 24 Agustus 2017, serta rasa prihatinnya, batu gunung Singki harus digali yang berakibat kawasan tersebut hancur.
Padahal keberadaan batu gunung Singki merupakan saling keterkaitan. Artinya keberadaan batu dilokasi gunung Singki merupakan ‘benteng’ saling menopang sehingga alam itu terlihat kokoh dan tidak mudah longsor serta bencana lainnya.
” Na..lantas kalau saat ini butu gunung Singki dikorek, siapa yang menjamin alam atau kawasan batu diareal gunung Singki aman tidak menimbulkan kerusakan alam,” papar Sambo kembali.
Mantan auditor selaku PNS yang sempat bertugas di BPK itu, masa zaman Bupati Frederik Sorring padahal sudah ada nota kesepakatan melakukan kerjasama lewat perjanjian bahwa kawasan gunung Singki masuk kawasan dalam pembangunan kawasan hutan kota.
” Nah..kalau gunung Singki telah masuk kawasan hutan kota telah diobrak-abrik Saya kwatir Toraja lambat laun diambang kehancuran. Yang saya pikirkan soal pencemaran udara jika kota tanpa memiliki kawasan hutan, sementara gunung Singki telah dicanangkan sebagai kawasan hutan kota,” ucapnya.
Hingga berita ini layak cetak OPD terkait, Dinas Lingkungan Hidup Torut dan Kepala Dinas PU Torut saat ditemui tidak berada ditempat.(gsi).
