SURABAYA, beritalima.com | Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak semua warga negara RI setuju dengan NKRI, demokrasi dan kemajemukan. Sebagian warga negara RI terang-terangan mengkafir-kafirkan NKRI, mentoghut-toghutkan demokrasi dan praktek toleransi. Sebagian memperjuangkan pemusnahan NKRI, demokrasi dan toleransi secara sembunyi-sembunyi bahkan ada yang berinfiltrasi menjadi pejabat penting di lingkungan NKRI.
Keberadaan kelompok intoleran radikalis anti demokrasi ini bukan sekedar ilusi ataupun halusinasi, tapi nyata dan faktual. Mereka merupakan bahaya laten sekaligus bahaya terbuka.
Ironisnya sebagian tokoh politik yang berjiwa demagog dan machiavelis malah merangkul mereka untuk kepentingan politik sesaat atau kepentingan politik lima tahunan. Tidak sedikit ustad radikal yang rajin teriak-teriak khilafah anti NKRI diberi panggung oleh para pejabat atau tokoh politik yang berjiwa demagog.
Misalnya dulu HTI diberi panggung sampai bisa Rapat Akbar di stadion GBK Jakarta, juga bisa mendapatkan badan hukum. Kemudian ustad radikal dimanja dan dirangkul demi kepentingan elektoral.
Aktivis ’98 Firman Syah Ali yang akrab disapa Cak Firman menyayangkan hal tersebut. Menurut Cak Firman pertarungan politik seberat apapun tetaplah dalam koridor nasionalisme, jangan sampai tokoh-tokoh anti NKRI dan anti demokrasi diajak naik ke atas panggung.
“Dulu waktu tokoh HTI Harry Moekti masih hidup, sering sekali pamer kegiatannya mengisi pengajian di tangsi-tangsi militer bahkan di sebuah kapal perang. Ada juga seorang ustad yang jejak digitalnya sangat jelas teriak-teriak khilafah ala HTI masih juga diundang ceramah ke markas-markas militer, ke rumah pejabat negara dll. Ini melukai hati para pejuang keutuhan NKRI yang selama ini bertarung dengan mereka terutama di media sosial” ucap Bendahara Umum PW IKA PMII Jatim ini.
“Kasihani negara ini, rawat bersama-sama, jangan lukai hanya demi kepentingan politik sesaat kalian. Para jenderal, para ketua parpol, para pendiri parpol, para pejabat politik tolonglah pengertiannya, kelompok anti demokrasi jangan kalian kasih ruang demokrasi, tokoh anti toleransi jangan kalian beri toleransi. Tidak ada toleransi terhadap kelompok anti toleransi. Jangan menolong serigala kejepit, bahaya” lanjut Pengurus Harian PW LP Ma’arif NU Jatim ini.
Tapi Cak Firman bersyukur ternyata mereka yang sering merangkul radikalis teroris intoleran demi kepentingan elektoral tidak laku. “Tapi Alhamdulillah mereka tidak laku, sekarang jadi pengangguran politik dan ada juga yang hampir kehilangan parpolnya” pungkas Ketua FP3I IPNU/IPPNU Pamekasan tahun 1993-1994 ini.