Cara Baru Mencerdaskan Anak dan Mengenal Jati Diri

  • Whatsapp

JAKARTA, beritalima.com – Cara baru untuk mencerdaskan anak menggunakan 10 sidik jari, dan tidak hanya menggunakan konsep otak kanan dan otak kiri yang seringkali diucapkan dalam seminar. Akan tetapi dalam otak terdapat lima belahan otak yang ada pada diri kita, diantaranya adalah Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling, Insting.

Dijelaskan Miss Hiday, Direktur STIFIn Institute dalam workshopnya selama tiga hari, 9 – 11 Februari 2018 di D’Hotel Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan. Ia mengatakan bahwa lima belahan otak itu untuk membantu mengenal jati diri yang sebenarnya, sehingga memudahkan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan berdasarkan potensi.

“10 menit kita nanti akan identifikasi, jadi kalau kita mau mengenali siapa diri jangan menggunakan sesuatu yang di luar diri kita, artinya menjawab pertanyaan menggunakan paper, itu kan pengaruhnya pengaruh lingkungan, hasil belajar. Sebenarnya kalau kita mau tau sebetulnya diri kita ini diciptakan dari Allah dikasih modal apa, ia menggunakan sesuatu yang melekat pada diri kita. Saat ini teknologinya baru sampai sidik jari nanti mudah-mudahan sampai ke DNA,” terang Miss Hiday kepada beritalima.com, Jum’at (9/2/2018) di Lobby, D’Hotel, saat workshop.

Dari tes STIFIn itu menurut keterangan Miss Hiday, alumnus Psikologi UGM, mengatakan akan mengukur kecerdasan orang secara spesifik, dengan menscan 10 sidik jari, lalu dikirim server, dan diolah aplikasi hingga mengeluarkan hasilnya. Mesin Kecerdasan hasil Tes STIFIn itu ibarat menemukan “sistem operasi” otak seseorang, sementara tes sidik jari lain hanya mampu mengukur perangkat keras otak. Konsep STIFIn ini sangat membantu dunia pendidikan melalui Tes STIFIn yang mampu dengan akurat memetakan potensi kecerdasan otak.

STIFin itu singkatan dari Sensing, Thinkink, Intuiting, Feeling, Insting sebagai lima mesin kecerdasan yang mencakup seluruh jenis kecerdasan yang dimiliki manusia. Tujuan workshop ini kata Miss Hiday, adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan dan kelemahan seseorang.

“Jadi, STIFIn ini memetakan otak bukan berdasarkan belahan otak yang paling besar
volumenya, melainkan berdasarkan belahan otak yang paling kerap digunakan. Itulah yang disebut sebagai sistem operasi. Membagi otak berdasarkan belahan otak yang berperan sebagai sistem operasi inilah yang membuat STIFIn akurat,” ujarnya.

Ditambahkan Miss Hiday, bahwa konsep STIFIn dapat dipakai untuk menjelaskan bidang apa saja baik learning, profession, parenting, couple, politic, human resources, maupun pada bidang-bidang lainnya. dedy mulyadi

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *