beritalima.com | Tanggal 9 Ramadan 1334 H merupakan momentum penting dalam sejarah Indonesia, yaitu bertepatan hari kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Hari bersejarah itu merupakan titik awal mengapa akhirnya kita saat ini bisa hidup tanpa penindasan penjajah yang sebelumnya telah mengekang kebebasan selama 350 tahun.
Perjuangan rakyat Indonesia saat itu, menjadi hal yang harus selalu dikenang oleh generasi setelahnya yang menghirup kemerdekaan. Tidak dapat dipungkiri, bahwa semangat perjuangan banyak dipimpin oleh pahlawan Muslim, seperti Cut Nyak Dien, Sultan Hasanuddin, Imam Bonjol, bahkan para kiai nahdliyin saat itu. Semangat perjuangan ini, oleh Islam dapat dikaitkan dengan jihad berlandaskan hubbul wathan minal Iman.
Jihad dalam konteks Islam, merupakan salah satu cara bagi orang muslim agar menutup hidupnya secara syahid, yaitu terbunuh di jalan Allah SWT.
Shahih Bukhari, hadis nomor 36, menjelaskan.
“Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Mulia menggunakan orang yang keluar di jalan-Nya hanya karena iman kepada-Ku dan membenarkan para Rasul Ku, maka aku memulangkannya dengan pahala atau rampasan perang atau sorga yang diperolehnya. Seandainya bukan karena menyulitkan atas umat saya, niscaya tidak duduk-duduk di belakabg detasemen tentara dan sungguh saya suka untuk terbunuh di jalan Allah kemudian saya dihidupkan, kemudian dibunuh dan dihidupkan kemudian dibunuh.”