beritalima.com | Tepat pada 6 Ramadhan 201 H atau 1240 tahun yang lalu, mata uang dinar dari emas dicetak dengan nama Imam Ridha pada dinasti Abbasiyah, seorang pemimpin yang dikenal dermawan. Adapun Dinasti Abbasiyah adalah sebuah pemerintahan Islam di wilayah Kufah yang dikenang sebagai pusat ilmu pengetahuan. Konon, keilmuan yang terlahir selama Abbasiyah berdiri, tidak bisa ditandingi oleh wilayah manapun di dunia bahkan sepanjang masa. Hal ini karena dari Abbasiyah, keilmuan kuno dari Yunani dan Persia bisa diterjemahkan untuk kemudian berkembang berbagai macam keilmuan yang berikutnya diadopsi oleh banyak ilmuwan.
Sejarah peradaban Islam tersebut menunjukkan fakta bahwa kemajuan ekonomi lebih awal ditunjukkan oleh pemerintahan Islam. Semasa Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin, telah dicetak uang dirham (perak) dan dinar (emas) sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW. Bahkan strategi cetak uang ketika terjadi kelangkaan emas pun, telah menempuh solusi jitu, yaitu mencetak uang dari bahan kulit binatang pada masa Umar bin Khattab.
Pendayagunaan uang dalam kehidupan nyata, bisa dilakukan sebagai bentuk ibadah muamalah. Dijelaskan dalam kitab ihya’ Ulumuddin karya imam Al Ghazali, tentang kisah Aisyah r.a. yang memiliki sifat Zuhud, yaitu tidak menjadikan harta adalah alasan untuk bergembira maupun menderita.
Dirawikan oleh Hisyam bin ‘Urwah, bahwa Mu’awiyah suatu ketika memberikan Aisyah seratus ribu dirham. Uang sebanyak itu pada hari yang sama dibagikan oleh Aisyah pada banyak orang. Kisah tersebut menjadi inspirasi bahwa harta adalah titipan yang sejatinya dapat didayagunakan untuk mencari keberkahan.