Oleh :Victor da costa
Meniti Jalan dari Kongres menuju kongres berikutnya kian melelahkan melelahkan terasa, namun harapan akan hasil kelelahan tersebut, selalu memberi pelajaran bagi Semua peserta kompetisi kongres.
Jadwal pelaksanaan kongres yang molor bukan hal baru, mengingat semangat untuk menyatukan alumni PAGMNI selalu di prioritaskan
Setidaknya hal tersebut nyata kala kongres Persatuan dan kesatuan di Hotel Sahid Jaya Jakarta tahun 2007 , Kongres yang dibuka secara resmi oleh Presiden RI ke 6 dan ditutup dengan deadlock (mengembalikan kepada SC/OC seluruh hasil persidangan untuk diputuskan secara musyawarah, Entahlah?). penutupan di picu aksi walkout rekan rekan PAGMNI Jabar (saya alumni Tangerang-Jabar namun, saat itu hadir sebagai Ketua Tim Formatur PAGMNI Sulsel). Kongres ini kemudian menghasilkan presidium PAGMNI. dan terpilih sebagai Ketum Presidium PA GMNI, Palar Batubara (Fraksi Golkar DPR RI 6 Periode) dan Sekjen Ahmad Bassarah (Fraksi PDIP DPR RI)
Lima tahun berjalan nyaris tanpa perubahan yang significant terkait konsolidasi organisasi di daerah meski pengorbanan materi presidium terbilang tak sedikit, namun pada Kongres II di Surabaya, kita semua berhasil mengevaluasi efektivitas format kepemimpinan organisasi , dari kolektif kolegial dalam Presidium berubah menjadi DPP PAGMNI, meski agenda persidangan komisi Organisasi berjalan molor , namun Kongres ini resmi ditutup dengan DPP baru, dengan Ketum Soekarwo (Gub Jatim/Waketum Partai Demokrat) Sekjen Ahmad Bassarah (Fraksi PDIP DPR RI)
Periode ini Konsolidasi Organisasi berjalan lebih cepat dan berbagai aktivitas DPP bahkan melahirkan pembentukan Koperasi (meski akhirnya berhenti tanpa kejelasan).
KONGRES III di JICC Kemayoran Jakarta, dibuka secara resmi oleh Presiden RI ke 7 didampingi Presiden RI ke 5/ Ketum DPP PDIP berlangsung khidmat, dan penyampaian pandangan terhadap LPJ DPP Demisioner berjalan lancar tanpa hambatan. Bahkan sidang pleno dengan semangat Musyawarah mencapai mufakat mendesak agar dilangsungkannya pemilihan Ketum baru dengan cara Aklamasi yang kemudian menunjuk Ahmad Bassarah (ketua Fraksi PDIP MPR RI) sebagai Ketua Umum, dan Sekjen Ugik Kurniadi.
Periode ini mencatat sejarah baru dialektika tentang PDIP Rumah Besar Nasionalis . Terkait Aktualisasi peran PAGMNI bagi eksistensi GMNI, Entah Alumninya yang teledor atau pengaruh dinamika politik nasional, Kongres GMNI di gelar beberapa kali oleh masing masing kubu yang bertikai, saling klaim validitas kongres dan hasil kongres masing masing , sungguh di luar dugaan.
bila dahulu kala GMNI bisa bangga dengan idealisme pemikir dan pejuang, pejuang dan pemikir yang menjunjung tinggi Persatuan Kesatuan organisasi dalam kepemimpinan Kolektif Kolegial sebuah Presidium, yang mana hal ini pernah menjadi tamparan bagi Alumni GMNI yang tercerai berai terkooptasi oleh Parpol masing masing. Pada dasarnya telah mendorong terlaksananya kongres Persatuan dan kesatuan Alumni GMNI yang terselenggara pada tahun 2007 yang lalu.
Fenomena bahwa perpecahan GMNI Justru terjadi di era PAGMNI dalam RUMAH BESAR NASIONALIS (PDIP), Tak terdengar ada yang mengulas mengapa GMNI seolah kehilangan marwah Persatuan dan kesatuan nya.
Bagaimana kemudian Persatuan Alumni GMNI menyikapi keberadaan GMNI terakhir ini ? Lalu molornya jadwal Kegiatan Kongres IV, atau Ketum DPP PAGMNI yang adalah Wakil Ketua MPR RI sekaligus Ketua DPP PDIP pada dasarnya dimana selama ini ? Bagaimana kiprah/kinerja dari Sekjen DPP PAGMNI dalam pelaksanaan Kongres GMNI ? Lalu apa sebenarnya tujuan dari keberadaan Organisasi Alumni GMNI yang sebenarnya?
Wawasan Nusantara atau cara pandang bangsa Indonesia sendiri tentang dirinya sendiri memang telah mengalami ujian berat saat Politik Identitas begitu kuat dimainkan di negeri ini.
Peran media sosial sudah sedemikian rupa menggerus sendi sendi penyelenggaraan berbangsa dan bernegara. Namun di awali Pandemi COVID 19 yang disusul Ketegasan sikap Kepala Negara yang hadir kembali. Tentu menjadi sebuah momentum yang baik untuk melihat kembali perjalanan PAGMNI 2 Dasawarsa terakhir ini terhadap Aktualisasi dan Eksistensi GMNI.
Masih relevankah RUMAH BESAR NASIONALIS untuk kita gaungkan lagi ? Ketika pendistribusian kader Alumni GMNI baik dalam internal PDIP sendiri kian tersendat , apalagi terkait pendistribusian kader dalam berbagai sektor dan lowongan untuk aktualisasi kader Alumni GMNI menjalankan ideologi (working ideology) sebagaimana Amanat Kongres I, II dan III bagi Ketum Terpilih ?, yang bila di ibaratian sebagai sebuah Pekerjaan Rumah bagi Kepengurusan terpilih, Hal tersebut tak kunjung terbentuk pola sinergitas secara struktural ataupun sistem rekruitment potensi kader yang berlaku secara berjenjang dalam kepemimpinan struktural organisasi dari pusat hingga struktural terendah dari organisasi ?
pertanyaan berikutnya adalah Kapan nih PAGMNI Tinggal Landas di negeri ini dan kemudian meningkatkan aktualisasi perannya di dunia internasional baik secara personel pada umumnya, namun khususnya secara Organisasi, bukankah potensi intelektual / kecendekiawan dari PAGMNI tak perlu diragukan lagi di negeri ini untuk go international ? Bukankah politik international bebas dan aktif tak harus menjadi domain pemerintah semata bukan ! Entahlah …..
Kandidat dalam Kongres IV kelak, konon terdengar ada dua sosok calon terkuat, yakni Bung Teten Masduki (Menkop UMKM RI) dan Mas Aria Bima (Fraksi PDIP DPR RI). Belum jelas sosialisasi Visi dan Misi masing masing kubu, bagaimanapun saya ucapkan Selamat ber Kongres Ria buat para Alumni GMNI se Antero Nusantara pada bulan Juni di Jawa Barat.
#PEMIKIRPEJUANG
#PEJUANGPEMIKIR
quo vadis para pejuang yang masih mikir mikir ?, Pemikir yang masih berjuang untuk sekedar tetap eksis ? atau jangan jangan ternyata benar sinyalemen bahwa pada dasarnya Anda sendiri doang yang berpikir kalau anda Pejuang, sentara semua orang tahu dengan jelas bahwa anda hanya berjuang untuk diri anda sendiri dengan memanfaatkan Pikiran Pikiran kita semua saat Kita ber Kongres ???
#HayukatuhlahdidieuKongresna.
#KONGRESIVdibumiKangMarhaen.
Merdeka !!!
Marhaen Menang , Marhaen Jaya !!!