TULUNGAGUNG, beritalima.com- Untuk mencegah kuman Imun, RSUD Dr. Iskak, Tulungagung, Jawa Timur, mendeklarasikan komitmen penggunaan antibiotik secara rasional.
Dalam komitmen itu, seluruh dokter dan tenaga kesehatan rumah sakit milik Pemkab Tulungagung itu tak akan mengobral antibiotik kepada pasien untuk menghindari mutasi kuman.
Direktur RSUD Dr. Iskak Tulungagung, dr. Supriyanto Sp.B, mengatakan, penggunaan antibiotik yang tak rasional terbukti memicu mutasi kuman.
“Hal ini akan membuat upaya pembasmian terhadap kuman jenis baru tersebut makin sulit. Pemakaian antibiotik yang tak rasional bisa memicu kuman ESBL (kuman yang tahan atau tidak bisa dibasmi dengan berbagai antibiotika),” terang dr. Supriyanto, dalam deklarasi komitmen terhadap pengendalian resistensi antimikroba di RSUD dr. Iskak Tulungagung, baru-baru ini.
Dokter spesialis bedah ini menjelaskan, ada sejumlah alasan yang melatarbelakangi lahirnya deklarasi yang diikuti seluruh tenaga dokter di RSUD Dr Iskak. Diantaranya adalah tingginya penggunaan antibiotik secara serampangan oleh tenaga dokter di Indonesia yang justru memicu persoalan baru.
“Salah satu contohnya adalah kematian pasien infeksi yang tak bisa diatasi dengan berbagai jenis antibiotik.
Untuk mengatur penggunaan antibiotik ini, seluruh dokter RSUD Dr. Iskak berkomitmen berperan aktif dalam pengendalian munculnya resistensi animikroba melalui implementasi Program Pengendalian Resistensi Antibiotika (PPRA),” jelasnya.
Dalam waktu dekat, lanjutnya, RSUD Dr. Iskak akan membentuk PPRA yang solid, handal dan mampu mengatasi persoalan sesuai tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) masing-masing. Sehingga upaya penyembuhan maupun perawatan pasien infeksi akan tetap memprioritaskan pengendalian resistensi.
“Untuk mendukung program ini, manajemen RSUD Dr. Iskak tengah mempersiapkan kebijakan pengendalian resistensi antimikroba dan melengkapi sarana diagnostik serta perawatan pasien secara optimal. Demikian pula kebutuhan sumber daya manusia yang mendukung program PRA ini akan segera dipenuhi berikut buku panduan PPRA yang tengah disusun manajemen rumah sakit,” tandasnya.
Tak hanya persiapan sistem dan sarana rumah sakit, dr. Supriyanto juga mengingatkan pentingnya memberi pemahaman kepada seluruh tenaga kesehatan dan masyarakat luas tentang munculnya bakteri multi resisten. “Penggunaan antibiotik harus dilakukan secara bijak diikuti ketaatan kewaspadaan standar,” pesannya.
Untuk melengkapi data surveilans pola penggunaan antibiotik dan pola bakteri resisten serta pola kuman, paparnya, rumah sakit di Indonesia, termasuk RSUD Dr Iskak juga akan membangun jejaring nasional.
“Yang terpenting, Badan Pengawasan Obat Makanan (BPOM) ikut aktif memantau peredaran antibiotik agar tak beredar bebas di apotik dan toko,” pungkasnya. (Adv/Humas RSUD Dr. Iskak Tulungagung/Yudi/editor: Dibyo).