JAKARTA – Lebih dari seribu lima ratus penambahan kasus konfirmasi positif COVID-19 hingga hari ini, Minggu (5/7). Ini menunjukkan penularan yang masih tinggi di Indonesia.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan, sebagian dari kasus positif justru tidak menunjukkan gejala yang diindikasikan untuk dirawat di rumah sakit. Ia menekankan bahwa langkah paling tepat menangani kasus ini adalah melaksanakan isolasi secara mandiri dengan ketat.
“Ini menjadi penting karena kalau ini tidak dilaksanakan dengan baik, maka akan menjadi sumber penularan baru di tengah-tengah masyarakat kita,” ucap Yurianto saat konferensi pers di Media Center Gugus Tugas Nasional, Jakarta, Minggu (5/7).
Ia berharap untuk menemukan kasus konfirmasi positif dan melakukan isolasi, baik secara mandiri kepada mereka terkonfirmasi dan tidak ada indikasi untuk dirawat di rumah sakit, maupun perawatan di rumah sakit.
“Dengan cara seperti ini, kita akan bisa memutuskan dan mengamankan yang bersangkutan agar tidak menjadi sumber penularan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya,” lanjutnya.
Yurianto meminta semua pihak bekerja keras untuk memutus mata rantai penularan COVID-19. Pemeritah Pusat dan gugus tugas daerah akan melakukan upaya penelusuran dan pelacakan kontak dari kasus positif yang ditemukan.
Sementara itu, di samping mencegah penularan, upaya penyembuhan juga terus diupayakan oleh gugus tugas nasional dan daerah. Kasus sembuh berdasarkan data hari ini (5/7) mencatat 886 kasus sehingga total kasus sembuh berada pada angka 29.105. Diakui Yurianto bahwa angka sembuh secara total berada pada 45,42%.
“Jika, kita melihat rata-rata Global, memang masih berada di bawah karena, rata-rata Global hari ini dilaporkan ada 56,71 persen,” ujarnya.
Namun, Yurianto mencatat secara keseluruhan ada 11 provinsi sebenarnya yang sudah memiliki angka kesembuhan di atas 75%. Ini berarti pasien penderita COVID-19 sudah banyak yang menjadi sembuh.
Sedangkan kasus meninggal, Gugus Tugas Nasional mencatat ada 82 kasus per Minggu (5/7) sehingga total angka menjadi 3.171 orang.
“Kalau kita lihat angka kematian secara nasional, langkah kita berada pada angka 5 persen. Ini pun juga relatif lebih tinggi dibandingkan dengan angka rata-rata dunia yang saat ini mencapai 4, 72 persen,” kata Yurianto.