Lia Istifhama, Pengasuh PP Raudlatul Banin wal Banat
Memasuki malam 27 Ramadhan 1444 H, yaitu 18 April 2023, umat muslim pun berbondong-bondong menghidupkan malam Ramadhan dengan aktivitas ibadah, sebelum Ramadhan pergi dan digantikan bulan Syawal. Rangkaian ‘ubudiyah tersebut identik dengan Qiyamullail, yaitu merujuk kepada amalan beribadah pada malam hari, diantaranya dengan mengerjakan salat-salat sunat seperti salat Sunat Taubat, Tahajjud, Witir dan lain-lain, serta amalan-amalan seperti membaca Al-Quran, berzikir, beristighfar, berdoa dan sebagainya.
Qiyamul lail umumnya dilekatkan pada ikhtiar umat muslim menjemput lailatul qadar, yaitu malam 1000 bulan yang diyakini banyak pihak terjadi malam ganjil. Keistimewaan Qiyamullail dan lailatul qadar, dijelaskan dalam beberapa hadis, berikut diantaranya:
1. Anjuran tidak menyia-nyiakan malam penghujung Ramadhan
وَعَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِذَا دَخَلَ المَشْرُ، أَي الْعَشْرُ الْأَخِيْرَةُ مِنْ رَمَضَانَ، شَدَّ مِثْزَرَهُ، وَأَحْيَا أَبْلَهُ وَأَنْتَ أَعْلَبُ ونَهُ عَلَيْهِ.
Dari Aisyah ra., ia berkata: “Bila telah memasuki sepuluh hari, yaitu sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadan, Rasulullah saw. mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malam Ramadan dan membangunkan keluarganya”. (Hadis disepakati Imam Bukhari dan Imam Muslim).
2. Keutamaan 7 Malam Terakhir Ramadhan
Dari Ibnu Umar ra.: “Bahwasanya para sahabat Rasulullah saw. bermimpi datangnya “Lailatul Qadar” pada tujuh hari terakhir, lalu Rasulullah saw. bersabda: “Aku telah melihat kebenaran mimpi kamu semua, yaitu tujuh hari terakhir itu. Oleh karenanya barang siapa yang menginginkan Lailatul Qadar, maka carilah pada tujuh hari terakhir dari bulan Ramadan”. (Hadis disepakati Imam Bukhari dan Imam Muslim).
3. Keutamaan Malam 27 Ramadhan
وَعَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ ، عَنِ النَّبِيِّ ، قَالَ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ: (لَيْلَةُ سَبْعِ وَعِشْرِيْنَ). رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ، وَالرَّاجِحُ وَقْفُهُ. وَقَدِ اخْتُلِفَ فِي تَعْيِينِهَا عَلَى أَرْبَعِيْنَ قَوْلًا، أَوْرَدْتُها فِي
فَتْحِ الْبَارِي
Dari Mu’awiyah bin Abu Sufyan ra., dari Rasulullah saw. beliau bersabda tentang Lailatul Qadar: “(Lailatul Qadar adalah) malam kedua puluh tujuh” (Hadis diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud). Menurut yang rajih, hadis ini mauquf. Dalam hal ini para ahli hadis berselisih pendapat sampai empat puluh pendapat tentang ketentuan Lailatul Qadar itu. Ibnu Hajar berkata: “Telah aku paparkan mengenai Lailatul Qadar ini dalam kitab Fathul Bari.
4. Do’a Saat Lailatul Qadar
Dari Aisyah ra, ia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah saw: “Bagaimana bila aku mengetahui “Lailatul Qadar” itu, apa yang harus aku baca di dalamnya?” Beliau menjawab: “Bacalah: “ALLAAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN TUHIBBUL-‘AFWA, FA’FU ANNII”.
اللَّهُمْ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemaaf, Engkau suka memberi maaf, maafkanlah kesalahanku” (Hadis diriwayatkan oleh Imam Lima selain Imam Abu Dawud). Imam Tirmidzi dan Imam Hakim menyatakan hadisnya sahih.
5. Malam Laitul Qadar Pelebur Dosa
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يَقُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. bersabda “Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari No. 1901)
Dan hadis lainnya, yaitu dinukilkan dari kitab Misykat al-Anwar karya Imam Al-Ghozali, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala pada setiap jam di bulan Ramadhan, membebaskan enam ratus ribu orang dari neraka. Di antara mereka (adalah) yang sepatutnya mendapat siksa (kemudian bebas), sampai tiba Lailatul Qadar. Sedang pada malam Qadar itu, Dia membebaskan sebanyak orang yang dibebaskan sejak awal bulan. Dan pada Hari Raya Fitrah, Dia membebaskan sebanyak orang yang dibebaskan sejak awal bulan sampai Hari Raya Fitrah itu. (Durratun Nasihin, dinukil dari Kitab Misykat al-Anwar karya Imam Al-Ghozali).
Akhir kata, mengisi malam di penghujung Ramadhan adalah kebutuhan kita sebagai manusia. Bahkan seyogyanya kita merasa sedih tatkala hendak dipisahkan oleh bulan suci Ramadhan, seperti halnya tangisan langit, bumi dan malaikat:
“Apabila tiba malam terakhir dari bulan Ramadan, maka menangislah langit, bumi dan para malaikat atas musibah yang menimpa umat Muhammad SAW. Seorang bertanya: “Ya Rasulullah, musibah apakah itu?” Jawab Rasul SAW: “Perginya bulan Ramadhan. Karena sesungguhnya doa doa di waktu itu dikabulkan sedekah-sedekah diterima, kebaikan kebaikan dilipatkan sedang azab ditahan.” (Durratun Nasihin).