SURABAYA, beritalima.com — Acara nonton bareng (nobar) pemutaran film G30-S/PKI yang diselenggarakan group media beritaLima bekerjasama dengan pihak terkait setempat di halaman kantor PT. MEDIA BERITA LIMA Jl. Raya Semampir Barat No.27, Medokan Semampir, Sukolilo, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, Minggu (24/9/2017), berlangsung lancar dan sukses.
Cuaca yang cerah malam itu membuat segenap hadirin fokus dan khidmat menonton film bermuatan sejarah kelam NKRI ketika berhadapan dengan keganasan antek-antek PKI tersebut, sesekali saling diskusi dan komentar tentang film, hingga berakhirnya film sekitar pukul 24.00 WIB.
Selama pemutaran fim, segenap keluarga besar beritaLima di Kota Surabaya berbaur dengan ratusan warga setempat berikut jajaran Muspika Sukolilo, duduk lesehan dalam suasana penuh keakraban di bawah naungan tenda yang dipersiapkan khusus untuk acara nobar malam itu.
Pada kesempatan itu hadir Danramil Sukolilo Mayor Chb Jari Sumarto, Babinkamtibmas Medokan Semampir dari Polsek Sukolilo, Ketua RT V dan Ketua RW IV serta Ketua LKMK Medokan Semampir.
Sederet tamu undangan yang hadir meliputi Drs. KH. Abdullah Faqih dari Ikatan Alumni Lemhanas Jatim, advokat Ramhan Hakim SH, MH beserta keluarga, serta advokat Bambang Sutanto, SH. Juga hadir Fuad Hassan, alumnus ToT Lemhanas yang juga mantan Direktur Keuangan dan SDM Kebun Binatang Surabaya (KBS).
*Seruan CEO beritaLima
Sehubungan acara nobar film G30-S/PKI yang digelar malam itu, Moch Efendi, SH selaku CEO beritaLima, menilai, sebenarnya tidak ada yang perlu dipermasalahkan soal penayangan film G30-S/PKI dan penyelenggaraan pemutaran film tersebut secara serempak di Indonesia. Dalam hal ini ia menyerukan kepada seluruh masyarakat Indonesia agar tidak gelisah dan tetap waspada terhadap isu-isu PKI. “Kita ambil saja hikmahnya dan peristiwa keji G30-S/PKI agar tidak terulang kembali,” ujarnya.
Efendi menekankan, digelarnya acara nobar film G30-S/PKI oleh beritaLima bersama pihak-pihak berkompeten malam itu adalah dalam rangka mengenang kembali peristiwa paling menyakitkan bagi bangsa kita, dimana putra-putra terbaik bangsa, para jenderal TNI, diculik, disiksa, lalu dihabisi secara keji oleh antek-antek PKI. Perbuatan yang sangat tidak beradab dan jauh dari nilai-kita kemanusiaan.
“Untuk itu masing-masing kita hendaknya tetap mewaspadai bahaya laten komunis yang suatu saat bisa timbul dan tentunya akan berdampak buruk bagi kelangsungan hidup anak bangsa yang Pancasilais. Masing-masing kita agar selalu menjaga keamanan dan ketertiban serta membina hubungan kekeluargaan yang lebih harmonis, minimal dari keluarga kita dan lingkungan sekitar,” himbau Efendi dalam kata sambutan sebelum pemutaran film.
Memasuki momentum peringatan hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2017 mendatang, ia mengharapkan, rasa nasionalisme dan kecintaan kita selaku anak bangsa terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam sebuah kebhinekatunggal-ikaan menjadi benteng yang tak tertembus oleh segala bentuk ancaman disintegrasi bangsa seperti bahaya laten komunis dan radikalisasi.
“Bentengi diri, patahkan bahaya laten komunis dan radikalisasi”, seru Efendi, pria berdarah Madura yang juga dikenal sebagai pegiat sederet aktivitas sosial ini.
(ede)