(Foto : Aldi Ardiansyah)
beritalima.com — Hidup dengan kesibukan tinggi membuat waktu terasa berjalan begitu cepat. Berbagai aktivitas rumahtangga seperti menyiapkan sarapan atau memasak lauk-pauk kadang terlewat. Salah satu jalan keluar paling praktis adalah membeli makanan siap santap dari kedai atau warung. Kebutuhan ini sudah menjadi bagian dari hidup setiap manusia.
Ketika langit mulai terang menembus awan, mengirimkan sinar cahaya ke bumi dengan lajunya, pedagang Pasar Kemiri Depok sibuk bekerja untuk mencari sebongkah berlian tak kenal lelah. Aroma masakan sudah tercium dari jauh. Suara gesekan sudip dan penggorengan sudah mulai terdengar. Campuran bumbu khasnya sudah menyatu dengan bahan-bahan masakan yang lain.
Setiap saat orang mencarinya, bahkan sangat tergoda apabila lewat di depannya. Rak berukuran tidak terlalu besar sudah dihiasi dengan indahnya warna-warni aneka ragam masakan, dari makanan yang berkuah sampai makanan tidak berkuah. Orang-orang yang berkunjung ke Pasar Kemiri sudah mengenalnya dengan nama “warung nasi teh cicih”. Pemiliknya ialah bu Cicih kelahiran 1975. Warungnya tak hanya menjual nasi beserta lauk-pauk,macam-macam gorengan dan aneka minuman pun juga ia jual.
“Saya tidak hanya menjual nasi dan lauk-pauk saja, aneka minuman juga saya jual,” ujar bu Cicih.
Pelanggan warung nasi ibu Cicih bukan hanya pedagang dan pengunjung pasar saja tetapi warga dekat Pasar Kemiri juga ada. Tak hanya kesenangan yang ada di balik cerita kaca etalase ibu Cicih, kekesalan pun terjadi ketika pembelinya tidak membayar yang ia jual. Kerugian yang ia terima, tak dapat menutupi untuk kebutuhan keluarga dan anak-anaknya. Perjuangan dan kegigihan ibu Cicih juga patut diacungi jempol.
“Kadang-kadang saya juga bingung, pelanggan warung nasi saya banyak yang mengutang, kalau saya tidak untung anak-anak saya mau dikasih makan apa?” ujarnya dengan nada pelan.
(Penulis : Aldi Ardiansyah,Politeknik Negeri Jakarta)