Cerita Mahasiswa UNAIR Jadi Relawan Bencana Erupsi Gunung Semeru

  • Whatsapp

SURABAYA, Beritalima.com|
Palang Merah Indonesia (PMI) menerjunkan dua mahasiswa dari Universitas Airlangga sebagai relawan di lokasi bencana erupsi Gunung Semeru. Penerjunan sebagai relawan dilakukan selama dua pekan, terhitung mulai Senin (6/12/2021) hingga Minggu (19/12/2021).Dua mahasiswa itu adalah Arya Prasetya Putra Widyatama mahasiswa Keperawatan Fakultas Vokasi Gresik angkatan 2019 dan Satria Bagus Prakoso Fakultas Kesehatan Masyarakat angkatan 2018.

Keduanya juga terlibat dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (UKM KSR-PMI) Universitas Airlangga.

“Awalnya saya ikut UKM KSR PMI-nya UNAIR. Kemudian setelah melewati proses panjang dengan berbagai pelatihan, barulah dinyatakan lulus dan itu secara otomatis tergabung dalam relawan PMI,” jelas Arya.

Arya ditugaskan di bidang logistik untuk membantu memenuhi kebutuhan barang berupa 100 paket perlengkapan mandi dan beberapa keperluan keluarga lainnya. Selain bantuan logistik, pihaknya juga memberi kemudahan akses kesehatan bagi para korban.

“Pendistribusian barang ini sistemnya door to door di Desa Sumberwuluh Lumajang sekaligus home care yakni visit ke rumah warga untuk memeriksa kesehatan. Sementara, untuk akses kesehatan di Desa Penanggal titik lokasinya di lapangan karena lebih mudah mobilisasinya,” papar mahasiswa keperawatan itu.

Ia juga menceritakan atas respons korban yang membuatnya terus semangat melakukan aksi kemanusiaan. Sebab hanya dengan ucapan ‘terima kasih ya, Mas’ yang tulus dari hati, membuat dirinya terenyuh seakan telah menolong jauh.

Menjadi relawan kebencanaan bukan hal baru bagi Arya. Sebelumnya dirinya sudah pernah terlibat menjadi relawan dalam gempa bumi di Mamuju dan Majene pada Januari lalu.

Ketertarikan Arya di bidang kemanusiaan dan kepalangmerahan bermula dari sang kakek.

“Waktu kecil, saya menemukan sertifikat kakek sebagai pendonor darah sebanyak 75 kali di PMI. Dari hal itu saya bertekad untuk menyalurkan hal yang saya punya untuk kebermanfaatan umat,” kata laki-laki yang lahir di Kota Surabaya itu.

“Awalnya saya kira tugas seorang KSR hanya jaga upacara terus selesai. Oh, tapi ternyata bisa jaga posko buat nolong orang ketika kecelakaan,” imbuh Arya.

Menurut Arya, meskipun sebagai mahasiswa yang terlihat bodoh amat, seenggaknya pupuklah rasa kemanusiaan meskipun kecil.

“Jadi tempatkan rasa kemanusiaan di atas segalanya dan Tuhan bisa mengubah segalanya,” tutupnya. (Yul)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait