SURABAYA, beritalima.com|
Paparkan hasil riset populasi dan dampak bakteri vibrio dalam produksi udang vaname di Banyuwangi, Mahasiswa Akuakultur Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) Unair Banyuwangi berkesempatan ikuti The 18th Hokkaido Indonesian Student Association Scientific Meeting (HISAS 18th) di Jepang.
Penyelengaranya adalah Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Hokkaido dan KBRI.
Ialah Frency Imanuel. Ia mengikuti beragam kegiatan meliputi seminar, presentasi, networking, dan diskusi bersama peserta dari berbagai jenjang S1 hingga S3. Tepatnya pada Sabtu (17/6/2023) di Hokkaido University.
Presentasikan Vibrio sebagai Patogen
Dalam sesi presentasi, Frency membawakan hasil penelitian terkait bakteri vibrio yang menjadi salah satu tantangan dalam budidaya intensif udang vaname di Banyuwangi. Dari hasil itu perlu ada upaya pengawasan dan kontrol agar populasi bakteri tersebut dapat ditekan di dalam kolam tambak.
“Jadi, jika semakin banyak bakteri vibrio, maka udang tidak mampu untuk bertahan hidup lebih lama di dalam kolam,” tuturnya.
Spesies bakteri patogen dapat menyebabkan infeksi vibriosis pada udang yang menyebabkan pertumbuhan terhambat dan kematian. Beberapa spesies tersebut seperti vibrio harveyi, vibrio damsela, vibrio cholera, dan vibrio parahaemolyticus.
Menjadi Salah Satu Delegasi S1 di antara Mahasiswa S2 dan S3
Menjadi salah seorang mahasiswa dengan jenjang yang lebih rendah dari peserta lainnya tak membuat Frency berkecil hati dalam mengikuti jalannya kegiatan tersebut. Mahasiswa Akuakultur SIKIA angkatan 2020 itu semakin termotivasi dan bersemangat untuk mempresentasikan hasil risetnya.
“Peserta yang lain rata-rata S2 dan S3 dari berbagai universitas. Tapi, mereka memandang setara dan membantu menenangkanku dengan tulus,” ungkapnya.
Frency juga berkesempatan untuk bertemu dengan berbagai profesor dari universitas di Jepang. Tentu hal tersebut menjadi nilai positif dalam memperluas cakrawala untuk melanjutkan jenjang pascasarjana di luar negeri, utamanya Jepang.
“Banyak bertemu profesor dari universitas sana. Mereka malah mengajak dan menawarkan banyak program untuk lanjut kuliah S2 di sana,” katanya.
HISAS 18th menjadi salah satu pengalaman yang sangat berharga bagi dirinya. Tak hanya mendapatkan jejaring dari mahasiswa dan dosen internasional. Tapi juga mendapatkan kesempatan untuk mengikuti perjalanan singkat ke Kota Otaru. Disana Frency diajak untuk melihat laut dari ketinggian dan memberi makan pada tupai.
“Waktu di pesawat dari tokyo ke Brunei sempat nangis karena merasa mendapat tempat yang nyaman walau cuma beberapa hari mengikuti kegiatan bersama mereka,” ujarnya. (Yul)