Cerita Perempuan Tangguh Menjadi Operator Alat Berat PT BSI

  • Whatsapp

Banyuwangi, beritalima.com – Perempuan bekerja di perkantoran mungkin sudah biasa. Jenis pekerjaan ini yang mungkin banyak diharapkan oleh kaum hawa. Akan tetapi, perempuan yang bekerja di pertambangan sebagai operator alat berat, merupakan sesuatu yang jarang adanya.

Desynta Eka Fitriani, gadis belia asal Dusun Rejoagung, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi sudah dua tahun menjadi operator alat berat di perusahaan tambang emas Banyuwangi, PT Bumi Suksesindo (BSI). Setiap harinya, Desynta mengoperasikan articulated dump truck (ADT) dengan kapasitas 40 ton.

Bacaan Lainnya

Alumnus SMAN 1 Pesanggaran ini bergabung menjadi karyawan PT BSI melalui program Green Operator Training yang diadakan oleh PT BSI pada 4 Juli 2022. Green Operator Training merupakan program pelatihan kerja (on job training) bagi operator alat berat untuk pemuda-pemudi sekitar perusahaan yang tidak memiliki pengalaman sebagai operator sebelumnya.

Menurut data Departemen Sumber Daya Manusia PT BSI, jumlah pendaftar program tersebut sebanyak 74 orang. Setelah melalui seleksi yang cukup panjang, enam orang pendaftar (3 laki-laki dan 3 perempuan) dinyatakan lolos untuk mengikuti program, salah satunya adalah Desynta.

“Yang bisa mengikuti program ini adalah mereka yang masih lajang,” ujarnya.

Desynta mengaku senang karena berbarengan dengan itu, pekerjaan yang sebelumnya die geluti sedang sepi imbas dari pandemi Covid-19. Momen itu merupakan kesempatan emas untuk menapaki karir, pikirnya waktu itu. Ia pun mantap mengikuti pelatihan tersebut.

“Ingin mencoba hal baru karena perempuan juga bisa berlatih mengoperasikan alat berat dan menjadi operator yang kompeten,” katanya.

Setelah itu, Desynta dan teman-temannya mengikuti program pelatihan selama enam bulan. Selain harus lulus materi pelatihan, untuk menjadi operator tetap, peserta Green Mining Operator tidak diperkenankan menikah selama dua tahun sejak dia menandatangani kontrak training.

Desynta berhasil lolos meskipun menurutnya tidak mudah. Dia mengaku senang karena teman-teman green operator seangkatannya juga lolos. Pada awalnya, para geen operator ini harus didampingi instruktur saat mengoperasikan ADT.
Hal lain yang membuat Desynta merasa bangga dan nyaman bekerja di lingkungan tambang PT BSI adalah sikap teman-temannya, khususnya para operator senior yang semuanya laki-laki, yang bisa menghargai dan menerimanya sebagai operator perempuan.

Sebelumnya, sempat terbersit kekhawatiran dalam benak Desynta ketika harus bekerja di lingkungan kerja yang dikesankan banyak orang sebagai pekerjaan laki-laki. Ketika sudah menjalaninya, ia lega karena kekhawatiran tidak terbukti. “Mereka membantu saya jika sedang mengalami kesulitan dalam hal pekerjaan,” tuturnya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ella Dwi Safitri, green operator lainnya asal Dusun Pancer. “Walaupun satu kru hanya ada satu perempuan, mereka bisa menciptakan suasana kerja yang sangat hangat penuh kekeluargaan,” katanya.

Sebagai informasi, para operator di BSI terbagi menjadi tiga kru. Setiap kru terdiri atas 70-75 orang. Semuanya laki-laki kecuali tiga operator perempuan alumni program Green Operator Training.
Sejak menjadi operator, Ella merasa keterampilan dan pengetahuannya tentang dunia tambang terus bertambah. Wawasannya semakin terbuka karena bisa bersosialisasi dengan banyak orang dari berbagai suku.

“Para senior selalu memberi support yang baik, arahan yang membangun agar kita dalam bekerja atau menyikapi keadaan yang baru tetap tenang, fokus, dan bekerja dengan hati-hati,” tuturnya.

Baik Desynta maupun Ella sependapat berkat program Green Operator Training ini mereka bisa membantu perekonomian keluarga. Mereka juga bangga karena banyak yang tidak percaya kalau perempuan-perempuan seperti mereka setiap harinya mengoperasikan alat berat berukuran raksasa.

“Awalnya para tetangga dan teman-temannya tidak percaya. Akan tetapi, setelah melihat postingan akun BSI, mereka percaya bahwa saya menjadi operator alat berat,” kata Desynta.

Sementara itu, Senior Manager External Affairs PT BSI, Bambang Wijonarko, menjelaskan bahwa program ini sangat strategis bagi perusahaan karena menjadi bagian dari pengembangan sumber daya manusia di sekitar lokasi tambang sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan. Dia berharap program-program tanggung jawab sosial perusahaan berdampak positif bagi masyarakat.

Masih menurut Bambang, program sosial perusahaan diwujudkan dalam delapan bidang pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (PPM), yaitu pendidikan, kesehatan, tingkat pendapatan riil atau pekerjaan, kemandirian ekonomi, sosial dan budaya, lingkungan, kelembagaan komunitas, dan infrastruktur.

“Sepanjang 2021, BSI mengeluarkan 35 miliar rupiah lebih untuk realisasi program-program PPM,” kata Bambang.

Program-program PPM masih terus berjalan hingga hari ini. Selain melaksanakan program-program regular, tim dari perusahaan sedang menyelesaikan program-program khusus, seperti pembangunan jalan Sumberagung – Sumbermulyo, bedah rumah, pemasangan lampu penerangan jalan, dan dukungan terhadap pedagang mikro di Pantai Mustika Pancer. (bi)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait