Cerita Satriyani Dewi Astuti, Aktivis Pengendalian Tembakau dari Unair

  • Whatsapp

SURABAYA, Beritalima.com|
Aktif pada kegiatan nonakademik merupakan hal yang sepatutnya dilakukan oleh para mahasiswa. Kegiatan nonakademik, terutama yang dilaksanakan di luar kampus, dapat menambah wawasan dan mengembangkan keterampilan seorang mahasiswa.

Satriyani Dewi Astuti namanya. Mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair) yang akrab disapa Yani itu terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Remaja 2.0 2023 Daerah Pilihan Jawa Timur.

Dewan Perwakilan Remaja adalah organisasi untuk advokasi serta kampanye pengurangan dan pengendalian tembakau bagi anak muda di Indonesia yang dibentuk oleh Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives dan Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia.

Serahkan Draft Langsung ke Menteri Kesehatan

Yani menuturkan kegiatan Dewan Perwakilan Remaja dibagi menjadi empat kegiatan besar, yaitu prabimbingan teknis, bimbingan teknis, reses, dan RDPU (Rapat Dengar Pendapat Umum).

“Jadi kegiatan yang sudah berjalan itu prabimbingan teknis pada 14-16 Agustus 2023 lalu di Bogor yang meliputi pemberian materi pengendalian tembakau, role play sebagai Dewan Perwakilan Rakyat bersama Kementerian Kesehatan, dan kunjungan ke lima kementerian,” papar Yani.

Yani berkata ia pun turut menyerahkan secara langsung draft yang telah ditandatangani oleh anggota Dewan Perwakilan Remaja kepada Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin. Sementara itu, empat kementerian lain yang mereka kunjungi yaitu Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi; Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; serta Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional.

“Kita juga melakukan audiensi ke Kementerian Kesehatan yang membahas terkait RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Red) yang kami ajukan. RPP kami sendiri dirampungkan setelah melakukan riset ke 15 provinsi di Indonesia mengenai pengendalian tembakau, mulai dari iklan rokok, kawasan tanpa rokok, promosi rokok, dan lain sebagainya,” terangnya.

Benefit Kegiatan

Selama mengikuti kegiatan ini, Yani merasa mendapatkan benefit berupa wawasan tentang regulasi tembakau, cara menyusun RPP, dan kesempatan untuk melakukan advokasi pengendalian tembakau.

“Hal ini sejalan dengan passion saya yaitu mengkritisi kebijakan publik dan sejalan juga dengan jurusan saya di Ilmu Komunikasi. Kita juga bisa berjejaring dan berdiskusi dengan nongovernmental organization di bidang pengendalian tembakau,” ucap Yani.

Kritisi Dampak Negatif Industri Rokok

Yani bercerita alasan utama ia mengikuti kegiatan tersebut karena daerah asalnya, Jawa Timur, dekat dengan industri rokok. Ia melihat banyak anak muda yang mulai ditargetkan untuk menjadi bagian dari marketing rokok.

“Saya mengkritisi bagaimana buruh pabrik rokok dan petani tembakau ini sebenarnya tidak diuntungkan dalam bisnis rokok. Aktivis pengendalian tembakau diperlukan karena merokok merugikan secara ekonomi dan kesehatan, bahkan passive smoker pun turut dirugikan,” jelasnya.

Sebagai penutup, Yani menyampaikan harapannya agar pengendalian tembakau di Indonesia benar-benar terlaksana. Pengendalian tembakau di industri rokok, ujarnya, memerlukan peran anak muda.

“Industri rokok seharusnya tidak dilanggengkan agar tidak semakin masif. Pemerintah butuh aspirasi dari anak muda yang peduli dan kritis dengan isu tembakau. Kritis di sini tidak cuma protes, tetapi substansi dan cara-caranya juga harus diperhatikan,” tukasnya. (Yul)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait