Oleh :
Rudi S Kamri
Pada saat saya membaca sebuah postingan tentang Melani Soebono (cucu keponakan B.J. Habibie), bahwa ada beberapa ibu-ibu yang menolak pembagian kue saat tahlilan di rumah almarhum B.J. Habibie hanya karena Melani mengaku dia seorang non muslim, saya miris. Sudah begitu butakah nurani dan logika bangsa ini dalam bertoleransi ?
Ada lagi ujaran aneh seorang penceramah agama bahwa perempuan berkonde itu akan dilaknat Allah dengan dalil yang dicari-cari. Saya langsung teringat ibu saya, nenek saya, Ibu Tjoet Nyak Dien, Ibu RA Kartini, Ibu Fatmawati, Ibu Tien Soeharto dan jutaan perempuan Indonesia yang runduk berdandan indah. Mungkin diantara perempuan yang berkonde itu adalah ibu atau nenek atau leluhur si penceramah agama itu. Apakah mereka semua dilaknat Allah ? Apakah mungkin Tuhan yang Maha Kasih harus disibukkan hanya untuk mengurus sebuah konde ?
Ada juga ujaran seorang penceramah agama yang giginya saling berdesak-desakan ingin maju paling depan meminta jemaahnya hanya belanja di warung orang muslim. Dia juga mengatakan bahwa hanya laki-laki bercelana cingkrang yang mendapatkan tiket masuk surga. Bagaimana dengan para syekh di Arab yang berjubah panjang berjuntai menyentuh tanah ? Bagaimana dengan Kyai Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan dan KH Quraish Shihab yang tidak bercelana cingkrang ?
Kamu waras mas bro ?
Sebegitu parahkah mereka memaknai agama yang indah menjadi sebuah ajaran dogmatis yang membutakan logika dan nurani. Bagaimana mungkin ajaran agama yang mulia dikerdilkan hanya sebatas simbol-simbol pakaian ? Apakah Tuhan menurunkan agama di dunia untuk memecah belah sebuah bangsa ? Apakah ideologi agama dibuat sengaja untuk mengkotak-kotakkan manusia dan digunakan sebagai alat untuk saling memusuhi ? Apakah benar agama sengaja diturunkan Tuhan untuk memberangus nilai luhur suatu budaya ?
Saya haqul yakin BUKAN seperti itu tujuannya.
Yang membuat agama menjadi alat pemecah belah, menumpulkan hati nurani dan logika manusia adalah karena kebodohan kita dalam memaknai esensi nilai-nilai luhur sebuah agama. Padahal semua agama di dunia mempunyai benang merah yang sama yaitu NILAI KASIH SAYANG kepada sesama dan KETAKWAAN kita kepada Sang Pencipta. Tapi keangkaramurkaan sekelompok manusia yang sakit jiwa membuat keindahan agama itu menjadi hilang. Agama ditampilkan menjadi alat pemecah belah, agama dihadirkan menjadi alat untuk menakut-nakuti dan membutakan akal sehat manusia.
Penyimpangan nilai-nilai luhur agama akhir- akhir ini sudah semakin parah. Contoh kecil yang dialami Melani Soebono, melaknat konde, celana cingkrang dan ajaran sesat pikir lainnya, menandakan bangsa ini sedang sakit. Bangsa ini sedang krisis logika dan akal sehat serta tumpulnya nurani secara massal. Bangsa sedang diarahkan menjadi bangsa yang primitif. Kalau dibiarkan berkelanjutan, bangsa ini akan terpecah belah berkeping-keping tak bersisa.
Kita selayaknya melawan ajaran agama yang membuat kita sesat pikir. Karena kita harus yakin bahwa Tuhan itu Maka Pemersatu bukan maha pemecah belah. Kita seharusnya juga melawan ajaran agama yang bersifat transaksional : beribadah hanya ingin mendapatkan imbalan surga tapi menciptakan neraka di hati, pikiran dan perilakunya.
Memaknai esensi ajaran agama secara utuh harus kita kembangkan. Agama harus kita jadikan alat untuk menumbuhkan jiwa yang damai dan saling mengasihi. Agama harus kita manfaatkan sebagai alat pemersatu bangsa dengan mengedepankan nilai-nilai kasih sayang dan toleransi. Ini salah satu solusi untuk mengobati bangsa yang sedang sakit.
Kita harus memaknai kemuliaan ajaran agama dengan hati dan nurani yang bersih serta dengan tetap menggunakan logika dan akal sehat. Kita harus yakin betapa sedihnya Tuhan melihat kita terpecah-pecah hanya karena kita memaknai ajaran agama secara sempit. Kita harus melawan ajaran agama dijadikan industri dakwah yang hanya mencari sensasi dan keuntungan diri sendiri.
Kita harus yakin nilai-nilai ketuhanan itu indah bukan menjadikan kita menjadi manusia rasis dan intoleran. Setuju kan ?
Salam SATU Indonesia
22092019