JAKARTA, beritalima.com – Upaya mengembalikan lahan hutan seluas 300ha di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) atas kerjasama pemerintah melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Conservation International (CI) Indonesia dan Daikin Industries di Resort Nagrak. Upaya ini dilaksanakan atas pendekatan restorasi berbasis masyarakat dan kerjasama antar pihak sebagai kunci sukses, untuk pemulihan ekosistem yang dilakukan Balai Besar TNGGP.
Demikian hal itu diungkapkan Ir. Herry Subagiadi, M.Sc, saat Dialog Nasional Cerita Sukses Model Pemulihan Hutan Tropis Indonesia dengan mengetengahkan Kemitraan Publik – Swasta dalam Pemulihan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Rabu (3/10/2018) di Hotel Pullman, Jakarta.
Lebih lanjut dijelaskan Vice President Conservation International (CI) Indonesia Ketut Sarjana Putra sebagai aktor utama berhasilnya lahan konservasi hutan di TNGGP, menurutnya adalah masyarakat.
Dikatakan Ketut, CI Indonesia berperan dalam program green wall, masyarakat terlibat aktif mulai dari warga membuat kesimpulan bahwa tanaman yang dipilih harus memiliki keuntungan jangka panjang sebagai pengembali habitat. Namun tanaman itu bisa memberi keuntungan jangka pendek sebagai sumber penghidupan warga.
Masih diungkapkan Ketut, Kawasan yang kembali hijau itu, telah menarik 50 spesies burung dan 15 spesies mamalia yang terpantau. Namun beberapa satawa liar yang sudah tinggal di dalam hutan kata Vice President CI Indonesia, diantaranya adalah macan tutul jawa, kijang, kucing hutan dan monyet ekor panjang.
“Jika TN Gunung Gede Pangrango dalam keadaan sehat, kawasan tersebut bisa menghasilkan 540 miliar liter air per tahun. Air tersebut bisa menjadi pasokan air untuk masyarakat Jakarta,” pungkasnya.
Kepala Desa Cihanyawar Dodi Rahmat, yang desanya berada di sekitar kawasan tersebut mengatakan dahulu warga harus menempuh perjalanan berjam-jam untuk mendapatkan akses air bersih dari sungai. Hal itu terjadi selama 30 tahun, saat ini mereka telah mendapatkan berbagai manfaat dari lahan yang telah dikonservasi tersebut.
Dodi pun mengatakan bahwa manfaat itu tidak hanya sebatas akses air bersih, tapi juga alternatif ekonomi, tempat untuk rekreasi dan belajar. Dia pun menjelaskan bahwa masyarakat lokal terlibat penuh dalam program Green Wall mendukung pemulihan hutan karena mereka merasakan manfaatnya secara langsung. “Pada awalnya kami ragu, tetapi sekarang kami menjadi penjaga hutan,” imbuhnya. dedy mulyadi