Ciptakan Permainan Anak Autis, Ubaya Juara I INDISCO 2016 Semarang

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com – Tim Sophrosyne yang terdiri dari Ivon, Fransiska Felicia Nata, dan Endmart Yustitia, mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya), berhasil menyabet Juara I Kompetisi Industrial Design Seminar & Competition (INDISCO) 2016 Semarang.

INDISCO kedelapan itu diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang, 21-23 Oktober 2016. Temanya, Lomba Desain Produk “Children’s Product” dengan tagline “Ethnographic and Socially Responsible Product”.

Kompetisi kali ini berbasis desain produk industri. Peserta diminta mengembangkan inovasi dan kreativitas dalam mendesain produk untuk anak-anak usia 6-12 tahun sebagai bagian dunia industri kreatif.

Untuk itu, Tim Ubaya membuat produk permainan edukasi ‘Spectroy’ buat anak-anak autis. Berangkat dari keprihatinan atas angka penderita autis yang dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Jika dulu jumlah penyandang autisme diperkirakan satu per 5.000 anak, tahun 2000 meningkat menjadi satu per 500 anak. Diperkirakan tahun 2010 satu per 300 anak. Sedangkan tahun 2015 diperkirakan satu per 250 anak.

Tahun 2015 diperkirakan terdapat kurang lebih 12.800 anak penyandang autisme atau 134.000 penyandang spektrum Autis di Indonesia (Sumber : https://klinikautis.com/2015/09/06/jumlah-penderita-autis-di-indonesia/).

Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah anak penyandang autisme, dan setelah sekitar tiga kali melakukan observasi di Cita Hati Bunda School, Ivon dkk terinspirasi untuk membuat permainan bagi anak-anak autis.

“Setelah melakukan observasi, ternyata belum ada permainan khusus untuk anak-anak autis. Maka dari itu, muncul ide untuk membuat permainan bagi anak-anak autis,” ungkap Ivon, salah satu anggota Tim Sophrosyne.

Dipaparkan, permainan ini dapat melatih kemampuan kognitif anak-anak autis. Proses pembuatan karya ini membutuhkan waktu kurang lebih 1 bulan, dari konsep sampai bunyi rangkaian. Bahan yang digunakan, kayu MDF, solid wood, akrilik, cat, lem, dan plat.

Spectroy memiliki 3 tahap. Tahap pertama bermain puzzle, yaitu mencocokkan bentuk dasar seperti segitiga, segi empat, hati, lingkaran dan lainnya, dengan cara memasukkan bentuk-bentuk tersebut pada tiap lobang yang sudah tersedia.

Bentuk-bentuk dasar tersebut memiliki gambar bertema luar angkasa. Mencocokkan bentuk ini dapat melatih kognitif anak-anak autis yang lemah.

Tahap kedua adalah labirin. Pemain diberi sarung tangan dengan magnet di ujung telunjuknya, kemudian ada bola kecil berbahan metal yang diletakkan di tengah puzzle, dan piringan puzzle ini diputar hingga bola jatuh ke labirin yang ada di bawah piringan puzzle.

Setelah itu, pemain menggiring bola dengan telunjuk dari lapisan atas labirin menuju lubang-lubang yang sudah diberi tanda.

Ada dua macam warna. Warna merah tidak boleh dimasuki, dan warna hijau yang bertuliskan kata-kata sopan seperti terimakasih, permisi dan lain-lain agar dapat dipelajari anak-anak. Tahap labirin ini membantu melatih koordinasi tangan dan mata pada anak-anak autis.

Setelah berhasil memasukkan bola ke dalam lubang berwarna hijau, tahap berikutnya pemain memperoleh spaceball dari bagian bawah Spectroy. Spaceball berisi figur-figur seperti kubus, prisma, tabung dan juga karet atau tali.

Kemudian, pemain akan berkreasi membentuk suatu benda seperti rumah, kursi, dengan menggabungkan 2 benda tersebut dengan benda-benda lain di sekitarnya. Selanjutnya mereka menceritakan benda yang dibuat tersebut.

“Permainan ini dapat membantu melatih kognitif, koordinasi tangan dan mata, kreatifitas dan juga komunikasi pada anak-anak autis,” ungkap mahasiswi semester 7 ini, Selasa (25/10/2016).

Kompetisi di Semarang tersebut diawali dengan pengiriman proposal via pos untuk diseleksi, hingga terpilih 20 tim peserta dari berbagai perguruan tinggi. Kemudian, para peserta diminta mempresentasikan karyanya, di Oak Tree Hotel.

Presentasi dilakukan untuk mengetahui secara detail konsep, deskripsi, mekanisme kerja dan fungsi dari produk yang didesain. Peserta wajib menggunakan bahasa Inggris dalam presentasi.

Pengumuman final yang dilakukan pada akhir acara, dan membawa kebanggaan bagi Ubaya. Tim Sophrosyne meraih nilai tertinggi dengan score 3056.2, sehingga pulang dengan membawa trophy, sertifikat penghargaan, dan uang pembinaan sebesar Rp10 juta.

Sedangkan Juara 2 dimenangkan oleh tim Kapa dari Polytechnic University of the Philippines, dan Juara 3 dimenangkan oleh tim Warriors dari Universitas Maranatha Bandung. (Ganefo).

beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *