KUPANG, beritalima.com – Tahun ini, curah hujan di NusaTenggara Timur diperkirakan masih normal. Dalam dua pekan terakhir ini tidak adanya curah hujan karena adanya Monsoon Break (Masa Jedah).
“ Memang yang dikwatirkan oleh masyarakat petani karena pada Desember 2016 lalu, curah hujan tinggi. Tapi pada Dasarian III sampai sekarang ini ada Monsoon Break. Jadi kalau Monsoon Break itu, identik angin dari Asia sehingga membawa hujan ke NTT. Aliran angin itu terganggu karena adanya Madden Julian Oscillation(MJO) atau sirkulasi tiga bulanan yang ada di Samudra Hindia. Sehingga mengganggu sirkulasi angin tidak sampai ke NTT”, kata Fera Adrianita, Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi Kupang ketika ditemui Berita Lima di ruang kerjanya, Jumat (13/1/2017).
Menurutnya, sebenarnya ini sudah masuk musim hujan dari Desember 2016. Selanjutnya pada Dasarian II Desember 2016 sempat curah hujan tinggi terus kemudian pada Dasarian III curah hujan mulai berkurang. “ Sebenarnya ini musim hujan dan diperkirakan akan memang normal”, kata Fera menambahkan.
Ia menambahkan, Monsoon Break ini diperkirakan 7 hingga 10 hari. Ini biasanya terjadi setiap tahun. Untuk bulan Januari, katanya, ada peluang hujan lebih dari 100 mm. Itu cukup lumayan tinggi. Sedangkan di Sumba Timur curah hujan sekitar 60 – 70 persen lebih dari 100 mm.
“ Tidak adanya curah hujan di Sumba Timur selama kurang lebih dua minggu, sebagaimana yang disampaikan petani, hal itu terjadi karena adanya musim break saja. ke depannya hujan masih normal”, jelas Fera.
Ia juga menambahkan wilayah NTT tidak ada potensi banjir, kecuali ada sikon tropis seperti 22 Desember di Bima, Nusa Tenggara Barat.
“ Memang curah hujan di NTT lumayan meningkat, tapi tidak berpotensi sampai banjir, keculai sikon tropis benar – benar di bawahnya NTT. Bencana banjir pada tanggal 22 Desember lalu itu dibawahnya Bali”, ujarnya.
Hal yang sama juga dikatakan Kadis Pertanian NTT, Yohanis Tay Ruba ketika ditemui Berita Lima pada Jumat (15/1/2017) siang. Menurut BMKG katanya, curah hujan di Nusa Tenggara Timur normal. Bahkan menuju lanina lemah (lebih basa, red) “ Kalau ada sebagian wilayah di NTT selama kurang lebih dua minggu tidak hujan itu masih wajar ”, katanya.
Oleh karena itu, masyarakat petani tidak perlu gelisah. Dengan adanya Monsoon Break (masa jedah, red) ini kurang lebih dua minggu, petani bisa dimanfaatkan untuk pemupukan dan penyiangan.
Ia juga menambahkan, pada musim tanam 2016/2017, pemerintah Provinsi NTT melalui Dinas Pertanian sudah memberikan bantuan benih padi dan jagung untuk semua kabupaten/kota. Untuk jagung sebanyak 400 ton, baik jagung hibrida maupun jagung komposit. Kemudian benih padi non hibrida dari APBD Provinsi NTT sebanyak 80 ton. (Ang)