JAKARTA – Tingginya curah hujan menyebabkan banjir di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, belum juga surut hingga hari ini, Kamis (20/5). Menurut laporan tim Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kutai Timur, Sukasno Haryanto, banjir yang terjadi sejak Rabu (12/5) itu masih terjadi dan melanda tujuh kecamatan dengan Tinggi Muka Air (TMA) 30-100 sentimeter.
“Tingginya cuara hujan di wilayah Kabupaten Kutai Timur mengakibatkan banjir sejak Rabu, 12 Mei 2021 hingga kini,” ujar Sukasno melalui keterangan tertulis.
Adapun tujuh kecamatan yang terdampak banjir menurut laporan Sukasno meliputi Kecamatan Muara Bangkal, Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Muara Ancalong, Kecamatan Long Masengat, Kecamatan Telen, Kecamatan Muara Wahau dan Kecamatan Kombeng.
Hingga sejauh ini, banjir telah berdampak pada sebanyak 1.690 KK, merendam 690 rumah, 20 unit fasilitas umum dan 203 hektar perkebunan, yang hingga kini masih dalam proses pendataan tim di lapangan.
Akses jalan menuju ke beberapa lokasi terdampak masih terendam dengan TMA 30-100 sentimeter dan berarus deras, sehingga hal tersebut menjadi kendala dalam giat asesmen dan pendataan lebih lanjut.
“Akses jalan ke TKP sebagian masih terendam dengan kedalam ±30 sampai dengan 100 cm di wilayah kecamatan yang terdampak,” ungkap Sukasno.
BPBD Kabupaten Kutai Timur hingga saat ini terus melakukan pendataan bersama beberapa pihak pemerintah kecamatan, lintas instansi terkait dibantu TNI dan Polri.
Di samping itu, BPBD Kabupaten Kutai Timur bersama beberapa dunia usaha juga telah menyalurkan bantuan logistik, seperti yang telah dilakukan di Desa Melan, Desa Sumber Sari dan Desa Mukti Utama di Keamatan Long Masengat.
Berdasarkan laporan hingga Kamis (20/5) pukul 21.00 WIB, belum ada laporan mengenai korban jiwa dan dampak kerugian masih dalam pendataan lebih lanjut.
Sementara itu, menurut kajian risiko yang dipantau melalui InaRisk.bnpb.go.id, wilayah Kabupaten Kutai Timur memiliki indeks risiko bencana banjir dengan kategori sedang-tinggi.
Adapun cakupan wilayah potensi risiko banjir tersebut menurut data InaRisk mencapai 18 kecamatan atau seluas 170.423 hektar.
Dengan melihat data indeks risiko bencana dari InaRisk, maka BNPB mengimbau seluruh pemangku kebijakan di daerah baik tingkat Gubernur hingga RT dan RW serta masyarakat untuk waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang dan tanah longsor.
Dalam hal ini, diharapkan masyarakat secara mandiri juga dapat mengakses informasi peringatan dini dan indeks kajian risiko hingga tingkat kecamatan melalui inarisk.bnpb.go.id.