Cut Nyak Dien: Nyala Perjuangan yang Abadi

  • Whatsapp
Cut Nyak Dien, Sosok Perempuan Pemberani melawan penjajah

Cepu, beritalima.com| – Perjuangan Cut Nyak Dien semasa hidupnya adalah dengan terus melakukan pertempuran. Semua itu ia lakukan demi menggapai cita-cita bangsa, yakni terbebas dari kekuasaan penjajah.

Di tanah yang harum oleh rempah dan darah,
Di bawah bayang gunung yang melindungi Aceh,
Seorang perempuan berdiri tegak,
Dengan nyala di hatinya yang tak pernah surut.

Cut Nyak Dien, nama itu bukan sekadar julukan,
Ia adalah jiwa yang melawan gelombang penjajahan.
Dalam darahnya mengalir keberanian para leluhur,
Dalam langkahnya terpatri sumpah yang luhur.

Ketika Belanda datang membawa senjata,
Dien menjawab dengan doa dan keberanian.
Ia bukan hanya istri seorang pejuang,
Ia adalah api yang mengobarkan semangat perang.

Bersama Teuku Umar, ia berjalan di medan perlawanan,
Dua jiwa menyatu dalam cinta dan perjuangan.
Di setiap sudut Aceh, mereka menorehkan jejak,
Menyatukan rakyat, menantang kekuatan yang angkuh.

Namun perang tak pernah menjanjikan kedamaian,
Hanya air mata dan darah yang mengiringi langkah.
Ketika Umar gugur di medan laga,
Dien tak membiarkan hatinya rapuh,
Ia melanjutkan perjuangan dengan tekad yang utuh.

“Aku adalah ibu bagi tanah ini,” katanya,
“Dan tak akan kubiarkan tanah ini ternoda penjajah.”
Dengan pedang di tangan dan doa di bibir,
Ia memimpin pasukan di tengah hutan yang lirih.
Di Tengah Hutan, Bara Tak Pernah Padam

Hutan Aceh menjadi benteng terakhirnya,
Setiap langkah di sana adalah saksi keberaniannya.
Ia bukan hanya seorang pejuang,
Ia adalah ibu bagi rakyat yang tertindas.

Kelaparan dan kelelahan menjadi teman sehari-hari,
Namun api di hatinya tak pernah mati.
Ia ajarkan anak-anak Aceh tentang arti melawan,
Bahwa kebebasan adalah harga yang harus diperjuangkan.

Setiap pohon mengenal namanya,
Setiap sungai mengalirkan kisahnya.
Dien adalah perempuan yang tak kenal gentar,
Seorang ibu yang melahirkan revolusi dari luka.

Namun takdir sering kali bermain dengan cara yang kejam.
Seorang pengikut yang tergoda oleh janji musuh,
Mengkhianati tempat persembunyian sang pahlawan.
Dien ditangkap dalam kondisi yang lemah,
Namun semangatnya tetap membara.

Dengan rantai di tangan dan luka di tubuh,
Ia diarak oleh penjajah yang tak memahami jiwanya.
Namun Dien tak pernah menundukkan kepala,
Matanya tetap memancarkan perlawanan yang membara.

Di Sumedang, jauh dari tanah kelahirannya,
Cut Nyak Dien menghabiskan sisa hidupnya.
Namun ia bukan seorang tawanan dalam jiwa,
Ia tetap pejuang, meski tanpa pedang di tangannya.

Di tempat asing itu, ia hidup dalam kerinduan,
Kerinduan pada tanah Aceh yang ia perjuangkan.
Namun ia tahu, perjuangannya tak sia-sia,
Karena semangatnya telah menjadi warisan bangsa.

“Aceh adalah tanah para pemberani,” ia berbisik,
“Dan perjuangan ini akan terus berlanjut.”
Hingga akhir hayatnya, Dien tetap setia,
Setia pada tanah yang melahirkannya.

Kini, Cut Nyak Dien adalah simbol keberanian,
Bagi perempuan, bagi bangsa, bagi manusia.
Namanya terukir dalam lembaran sejarah,
Sebagai bukti bahwa perjuangan tak mengenal gender.

Setiap langkahnya adalah pelajaran,
Bahwa cinta pada tanah air melampaui segalanya.
Dien bukan hanya pejuang,
Ia adalah nyala yang tak pernah padam.

Di tanah Aceh, di antara deru ombak dan gemuruh gunung,
Cerita tentang Cut Nyak Dien terus bergema.
Ia adalah mutiara yang bersinar di tengah gelap,
Sebuah inspirasi bagi generasi yang tak ingin menyerah.

Cut Nyak Dien adalah bukti bahwa keberanian adalah abadi,
Bahwa perjuangan melawan penjajah adalah suci.
Ia adalah ibu, pejuang, dan cahaya,
Yang akan terus menyala di hati rakyat Aceh dan Indonesia.

Sejarahnya bukan sekadar kisah masa lalu,
Namun nyala yang membimbing masa depan.
Cut Nyak Dien, perempuan Aceh yang tak pernah gentar,
Adalah simbol dari perjuangan yang tak pernah pudar.

Oleh Gunawan Trihantoro, Sekretaris Komunitas Puisi Esai Provinsi Jawa Tengah, Kayu Cepu, 26 Januari 2025

Catatan: Puisi esai ini diinspirasi dari kisah Cut Nyak Dien pahlawan perempuan dari Aceh yang memimpin perang melawan kolonial Belanda setelah kematian suaminya, Teuku Umar.
https://tirto.id/biografi-cut-nyak-dhien-sejarah-singkat-pahlawan-wanita-dari-aceh-ga6X

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait