Oleh : Dede Farhan Aulawi
Membahas pasukan siber hari ini sebenarnya mungkin agak terlambat di saat orang lain, misalnya negara AS justeru sudah memiliki sistem yang terintegrasi dalam menyiapkan, mendidik dan mengkader pasukan siber-nya. Tidak sekedar pengetahuan dan keterampilannya saja, tetapi juga jenjang karir mereka buat masa depan kehidupannya masing – masing. Memikirkan kesejahteraan mereka sering kali terabaikan sehingga tidak sedikit prajurit yang tidak fokus dalam merintis prefesionalitas karirnya, karena harus berusaha mencari penghasilan tambahan demi menghidupi masa depan keluarganya. Seperti sebuah adagium, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Begitupun dengan tulisan saya ini, meskipun sedikit terlambat tapi mudah – mudahan bisa memberikan kontribusi nyata bagi masa depan pertahanan Indonesia yang hebat.
Pada kesempatan ini saya ilustrasikan mengenai keberadaan pasukan siber-nya AS karena walau bagaimanapun eksistensi mereka cukup kuat dan sudah dipersiapkan lama sejak awal tahun 1980-an. Hal ini tentu bukan bermaksud mengagung – agungkan mereka sehingga kita jadi minder atau rendah diri, tetapi justeru dengan bercermin pada keberhasilan merekalah harusnya menyadarkan kita agar segera bangkit dan berlari mengejar ketertinggalan. Jangan sekedar mengikuti dari belakang, tetapi mengejar dengan akselerator dan militansi kejayaan bangsa dan negara.
Army Cyber Command (ARCYBER) AS adalah markas besar Angkatan Darat di bawah Komando Cyber Amerika Serikat yang beroperasi untuk menjaga sistem dan jaringan yang dimiliki Angkatan Darat dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan serangan siber dari negara atau orang yang bermaksud untuk mengganggu atau merusaknya. Tentu bukan semata menjaga dalam pengertian defensif, tetapi juga adanya kesiapan untuk melakukan ofensif.
ARCYBER melakukan operasi global selama 24 jam dalam sehari, dan 7 hari dalam seminggu (24/7). Artinya setiap pergantian detik dan menit selalu dalam pengawasan pasukan siber dalam menjaga kepentingan – kepentingan nasional AS maupun kepentingan – kepentingan warga negara AS. Arcyber saat ini memiliki anggota sebanyak 19.000 orang, baik dengan latar belakang militer maupun warga sipil yang tersebar di empat negara bagian dan lima pusat cyber regional di seluruh dunia. Jumlah ini akan terus bertambah sesuai dengan kebutuhan, tantangan dan potensi ancaman.
Kesiapan prajurit – prajurit tangguh dalam menghadapi pertempuran siber membutuhkan keterlibatan jiwa dan raga prajurit, fokus pada tugas dan terintegrasi secara sistem, serta mahir secara teknis bagaimana cara memanfaatkan ruang siber dan spektrum elektromagnetik untuk menyelesaikan setiap misi yang diemban. Dengan demikian persyaratan yang harus dipenuhi tersebut juga tercermin pada saat penerimaan dan seleksi calon prajurit siber ini.
Adapun persyaratan calon prajurit siber-nya AS adalah sebagai berikut (1) Warag negara AS, (2) Tidak harus anggota militer, (3) Memperoleh dan memelihara izin keamanan rahasia, (4) Min Sarjana, (5) Memenuhi persyaratan fisik. Terkait dengan persyaratan fisik ini, prajurit siber tidak harus memiliki ketahanan fisik seperti prajurit reguler biasa, misalnya soal kacamata, tinggi badan, kesemaptaan dan lain – lain, tetapi memenuhi persyaratan kesehatan fisik saja.
Adapun beberapa latar belakang pendidikan yang diberi kesempatan untuk mendaftar sebagai prajurit siber adalah mereka yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang mesin pembelajaran, pengembangan operasi, sistem keamanan, dan pengembangan platform. Jadi secara umum harus memiliki kemahiran yang berbasis teknologi informasi.
Tantangan masa depan akan semakin kompleks dengan varian yang sangat majemuk. Batas-batas tradisional suatu wilayah kenegaraan menjadi relatif karena ruang siber tidak mengenal teritori. Serangan anonim dapat terjadi kapan saja dengan kecepatan hampir mmendekati kecepatan cahaya melalui jaringan serat optik. Komando pasukan siber terdiri dari prajurit elit yang bertangung jawab untuk mempertahankan jaringan pertahanan dan menyediakan kemampuan cyber dengan spektrum penuh.
Jadi misi utama dari pasukan siber ini adalah bertanggung jawab secara agresif menjaga keamanan ruang siber dan melakukan perang elektronik terpadu, menjaga informasi dan operasi ruang siber, dan memastikan kebebasan bertindak melalui ruang siber, baik dalam konteks defensif maupun ofensif. Termasuk harus memiliki jaringan yang terdistribusi, artinya tidak terpusat di satu titik dengan pertimbangan banyak faktor strategis. Sebagai contoh nyata bisa dilihat dari jaringan yang dimiliki oleh AS dengan Regional Cyber Center (RCC)- yang tersebar di 6 titik di luar AS, misalnya ada RCC Asia : Camp Arifjan – Kuwait, RCC Korea : Camp walker, RCC Europe : Wiesbaden, germany, dan lain – lain. Semoga tulisan singkat dan sangat sederhana ini bisa memberi manfaat buat kita semua dalam menambah wawasan dan khazanah berfikir demi kepentingan nusa dan bangsa.