BONDOWOSO, beritalima.com – Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mendampingi Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) Halim Iskandar dalam rangka melakukan panen pisang cavendish di Desa Maskuning Kulon, Kecamatan Pujer, Kabupaten Bondowoso, pada Sabtu, (26/11).
Terkait rencana perluasan lahan untuk ekspor pisang cavendish, Wagub Emil mengaku Pemprov Jatim mendukung kebijakan pemerintah pusat dan Pemkab Bondowoso agar pisang cavendish bisa di ekspor ke luar negeri. Disebutkan, komoditas pisang di Bondowoso memiliki spesifik tersendiri dibanding dengan pisang yang telah dikembangkan di seluruh wilayah Indonesia.
“Kalau dikonversi dari GGM bisa mencapai senilai 300 pertandan sedangkan satu hektar bisa ditanami 2400. Kalau ini tadi dipercontohnya 1,8 hektar sama dengan 4400 pohon artinya omsetnya saja bisa Rp 1,32 miliar. Katakanlah margin 20% itu kan kita bisa melihat sendiri bahwa potensinya sekitar 260 juta per 1,8 hektar,” ungkapnya.
Menurutnya, kegiatan impor pisang dalam negeri masih short rate sekitar 40% sedangkan untuk kegiatan ekspor masih banyak potensi pasar-pasar yang bisa dikembangkan lagi. Hanya saja, Wagub Emil mengingatkan agar petani pisang tidak terburu-buru melebarkan jaringan.
“Enggak mau keburu kemudian tiba-tiba banyak tuh sudah terserap. Makanya kita akan bicara serius karena di Jawa Timur ini simultan juga dilakukan di Ponorogo, Blitar bahkan Jember juga ingin ikut,” ungkapnya.
Selain itu, mengenai sisi pasar yang sudah dan akan dituju, Wagub Emil menuturkan bahwa saat ini sasaran pasar pisang cavendish dari Kab. Bondowoso sudah ada dan terbilang cukup aman. Bahkan, dirinya mengatakan bahwa ke depan akan disiapkan lahan seluas 30 ha.
“Kita ingin pastikan betul bahwa memang ini pasarnya kecil aman dan akan ada dukungan teknologi dan bibit dan juga untuk packing house-nya tadi kalau itu sudah aman kita ikut karena tadi disampaikan oleh Pemkab Bondowoso katanya sudah siap 30 hektar untuk menjadi inti 200 hektar dari total 200 hektar plasmanya. Ini yang kita ingin pastikan,” jelasnya.
Ke depan Wagub Emil menuturkan bahwa Pemprov Jatim akan mendukung petani pisang cavendish dalam memasarkan produk nya di dalam maupun luar negeri. Setidaknya, kata dia, ada tiga dukungan yang akan dilakukan.
Disampaikan, Jatim mempunyai klinik Bundes seperti yang dikatakan bahwa terkadang Bumdes berhenti di tengah jalan. Kondisi ini pekerjaan rumah klinik BUMDesa.
“Tapi beberapa dari kita sadar mau manage Bumdes itu kadang susahnya mereka butuh yang namanya pendapatan yang stabil. Makanya biasanya kita gabungkan dengan program misalnya dengan agen PT Pos supaya mereka bisa memiliki pendapatan yang lebih baik dan lebih lanjutan,”
Lebih lanjut, Pemprov Jatim akan mendorong pembiayaan agro dari Bank Jatim dari bank UMKM. selanjutnya Jatim akan menjalin komunikasi dengan pak menteri dan Bupati Bondowoso apabila dibutuhkan sarana dan prasarana yang mungkin bisa disalurkan sebagai prioritas pengajuan.
“Karena dia akan lewat provinsi juga atau dari APBD murni. Maka, kami salut bahwa ternyata hasil pisang di Bondowoso bagus daripada tempat lain. Bondowoso siap-siap jadi banana republik,” tandasnya.
Besarnya pangsa ekspor buah-buahan dunia khususnya komoditas pisang menjadi peluang bagi Indonesia khususnya Jatim untuk terus meningkatkan produksi baik dari segi kuantitas, kontinuitas, maupun kualitas. Sejalan dengan hal ini, Pemprov Jatim turut mendorong pelaksanaan program pengembangan holtikultura berorientasi ekspor untuk mensubstitusi impor produk holtikultura dan meningkatkan pemerataan ekonomi daerah.
“Data eksportasi komoditas pertanian di Jatim selama 15 hari periode 16-30 Desember 2021 volume ekspor mencapai 142,275 ton dengan nilai Rp 2,71 triliun rupiah yang terdiri dari nilai ekspor komoditas holtikultura senilai Rp 297 miliyar atau 10,96 persen dari total ekspor,” jelasnya.
Dengan demikian, Wagub Emil menegaskan bahwa Pemprov Jatim memberi apresiasi atas inisiatif pelaksanaan program ini untuk mendorong petani membangun model bisnis korporasi dengan skala ekonomi yang efisien sehingga dapat mempermudah petani dalam mengakses pembiayaan, teknologi dan memperkuat pemasaran produk.
“Kerjasama kemitraan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan swasta, dan petani adalah solusi yang diharapkan untuk meningkatkan produktivitas, daya saing dan kontinuitas produk pisang cavendish sehingga dapat memenuhi kebutuhan baik bagi pasar lokal maupun pasar global,” tandasnya.
Didampingi Sesmenko Perekonomian Suswijono Moegiarso, Sekjen Kemenkeu RI Heru Pambudi, Bupati Bondowoso Salwa Arifin, jajaran Kemendes PDTT dan Forkopimda Kab. Bondowoso, Menteri PDTT Halim Iskandar berkomitmen bahwa Kemendes PDTT bersama Pemprov Jatim dan Bupati Bondowoso akan memperluas lahan untuk penanaman pisang cavendish berorientasi ekspor.
“Kebun pisang terbaik yang ada di Jatim. Alhamdulillah kita sudah berkomitmen bahwa Kemendes, Pemprov Jatim, Menko Perekonomian dan Bupati Bondowoso segera memperluas lahan untuk melakukan penanaman pisang cavendish yang orientasinya ekspor. Terpenting ekspor karena permasalahan produksi ada pasar. Tapi ini jelas pasarnya,” ujar Menteri PDTT Halim Iskandar usai melakukan panen pisang.
Agar mampu mewujudkan ekspor pisang cavendish yang mana pasarnya sudah didapatkan, Halim Iskandar menuturkan bahwa Kemendes PDTT akan membentuk BUMDesa Bersama. Skemanya, kata dia, BUMDesa dibentuk supaya setiap desa yang memiliki sekian ratus hektar sawah mudah untuk dikoordinasikan. “Supaya koordinasinya mudah makanya kita siapkan kegiatan yang jelas salah satunya dengan membangun sinergitas dengan Pemkab Bondowoso,” tuturnya.
(red)