Dari Kontroversi BJ. Habibie Hingga Prediksi Samuel P. Huntington dan John Neisbit

  • Whatsapp

Oleh: Saiful Huda Ems

Kalau dianalisa dari kegandrungannya Pak Habibie pada motto IPTEK dan IMTAK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Iman dan Takwa) yang selalu disampaikannya di beberapa kesempatan, khususnya di pertemuan-pertemuan ICMI di awal-awal tahun 90 an, memang rasa-rasanya tidak mungkin jika Pak Habibie menyesali apa yang dipelajari dan dicapainya selama ini, seperti dengan apa yang dikatakan almarhum dalam tulisannya dan yang kini menuai kontroversi mengenai keraguan validitas tulisan beliau asli atau hoaxnya, dan kontroversi mengenai kebenaran pemikiran yang ada di isi tulisannya, jika memang itu benar tulisan aslinya dan bukan hoax.

Akan tetapi jika kita mencermati kegundahan orang di masa senja hidupnya yang biasanya kerap merasa kesepian, jauh dari orang-orang yang dicintainya, dan merasa khawatir akan pertanggung jawaban hidupnya di hadapan Tuhan yang dirasanya semakin dekat dengan ajal kematiannya, apa yang dikatakan alm. Pak Habibie itu bisa mendekati kebenaran, meski saya haqul yakin beliau tak bermaksud menihilkan ilmu teknologi atau ilmu umum di luar ilmu agama yang selama ini digelutinya. Sebab sebagaimana dengan yang saya jelaskan di tulisan saya sebelumnya (BERKACA DARI HABIBIE: PILIH ILMU AGAMA ATAU ILMU LAINNYA?), Pak Habibie tentulah sangat tidak mungkin senaif itu menihilkan ilmu lain di luar ilmu agama.

Hal yang perlu kita perhatikan sekarang adalah, penyalah gunaan pernyataan Pak Habibie itu –jika memang benar itu yang dinyatakannya–, oleh orang-orang yang terlalu bersemangat memaksakan agamanya untuk bisa diikuti oleh orang-orang lainnya. Karena konon semenjak tulisan yang diklaim sebagai tulisan almarhum BJ. Habibie itu viral, banyak khotib-khotib sholat Jum’at yang menyitir kata-kata Pak Habibie yang kontroversial itu, dengan dibumbui penekanan ilmu umum tidak penting dan yang terpenting adalah mempelajari Ilmu Agama. Selain itu juga harus kita waspadai adanya orang-orang yang tidak menginginkan keimanan dan ketakwaan kian menyebar dalam jantung jiwa anak-anak bangsa, hingga mereka memaksa kita untuk menyalahkan “Wasiat Ijtihad Intelektual” BJ. Habibie.

Ada tiga poros pemikiran yang saling berlawanan dan yang saat ini berkembang pesat di Indonesia khususnya, dan di beberapa belahan dunia lain pada umumnya: Yang pertama Poros Pemikiran Islam Moderat, yang kedua Poros Pemikiran Islam Fundamentalis, dan yang ketiga Poros Pemikiran Islamophobia. Ketiga poros pemikiran tersebut saling berebut pengaruh dari waktu ke waktu, saling berebut panggung politik dari masa ke masa, hingga diskursus Kapitalisme dan Komunisme tak lagi mendapatkan tempatnya, dan diskursus Barat dan Timur tak lagi mendapatkan perhatiannya. Islam memang bagai tetes-tetes madu yang jatuh dari langit hingga orang-orang berebut ingin mengecap khazanah intelektualitas dan spiritualitas darinya, maka benarlah apa yang pernah diprediksi oleh Samuel P. Huntington dan John Neisbitt sekian puluh tahun yang lalu: Kapitalisme akan berhadapan dengan Islam ketika Komunisme dihancurkan di Eropa Timur, dan narasi-narasi Islam akan mendominasi panggung-panggung perdebatan publik dari Timur ke Barat dan dari Barat kembali ke Timur. Menarik sekali bukan?…(SHE).

12 September 2019.

Saiful Huda Ems (SHE). Advokat dan Penulis.

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *