KUPANG, Berita Lima – Sebanyak delapan Kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur hingga saat ini belum berlistrik.
Hal ini disampaikan Bupati Timor Tengah Selatan, Ir. Paul V.R Mella, Msi, saat menyampaikan sambutan pada peresmian beroperasinya Gardu Induk 1×20 MVA Nonohonis, dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV Bolok-Maulafa-Naibonat-Nonohonis, di Kecamatan Mollo Selatan, Kabupaten TTS, Selasa (24/52016)
Peresmian pengoperasian dilakukan oleh Direktur Bisnis PLN Regional Sulawesi dan Nusa Tenggara PT PLN (Persero), Machnizon Masri, didampingi General Manager Unit Induk Pembangunan XI, Octovianus Padudung, dan General Manager PLN Wilayah NTT, Richard Safkaur. Juga hadir pejabat dari Kabupaten Kupang, Wakil Bupati Kabupaten Timor Tengah Utara dan Sekretaris Daerah Kabupaten Belu.
Bupati Paul Mella, menyambut gembira dan bangga dengan beroperasinya Gardu Induk Nonohonis, dan SUTT dari Bolok, Kabupaten Kupang hingga Nonohonis di TTS, yang dengan sendirinya akan memberikan pelayanan kelistrikan yang lebih baik bagi masyarakat di kabupaten TTS yang berhawa sejuk di Pulau Timor, dan sebagai daerah penghasil utama jeruk keprok, jagung dan ternak sapi.
Dikatakan Paul Mella, daerah yang berjarak sekitar 110 kilometer arah timur Kota Kupang ini, menyimpan banyak potensi yang memikat para investor untuk berinvestasi. “Sayangnya, kapasitas listrik di Kota SoE dan sekitarnya hanya tersedia 5,4 MW, sehingga menjadi tantangan bagi aktivitas investasi. Dan saat ini masih ada sekitar delapan kecamatan yang sama sekali belum berlistrik, kecuali satu kecamatan yakni Kecamatan Kuanfatu yang sudah ada jaringan listrik dan tinggal menunggu masuknya arus listrik,” kata Paul Mella.
“Kami bisa memahami tentu ada banyak faktor yang menyebabkan belum semua daerah di TTS yang bisa terlayani listrik, tetapi dengan kehadiran Gardu Induk dan SUTT hingga Nonohonis, semoga bisa ada percepatan, sehingga warga di delapan kecamatan juga sudah bisa menikmati listrik,” ungkap Paul Mella.
Kecamatan di TTS yang belum berlistrik, yakni, Kecamatan Nunbena dengan luas wilayah 198,65 Km2 berjarak 70 km dari Kota SoE, memiliki empat desa dengan jumlah penduduk pada tahun 2011 sebanyak 5.179 jiwa. Kecamatan Mollo Barat dengan luas wilayah 198,65 Km2, hanya 45 km dari kota SoE, terdoro dari lima desa dihuni 7.641 jiwa. Kecamatan Noebeba dengan ibukotanya di oebana dengan luas wilayah 198,65 Km2, 71 km dari SoE berpenduduk 4.755 jiwa tersebar di empat desa.
Kecamatan Fatukopa beribukota di Nunfutu dengan luas wilayah 198,65 Km2, 77 km dari kota SoE, memiliki empat desa dengan penduduk sebanyak 5.095 jiwa. Kecamatan Kot’Olin beribukota di Hoibeti, terdiri dari delapan desa dengan luas wilayah 198,65 Km2, dihuni 11.345 jiwa, berjarak 55 km dari SoE. Kecamatan Noebana, luas Wilayah 49,63 Km2 terdiri dari empat desa, dihuni penduduk sebanyak 4755 jiwa. Kecamatan Santian, luas wilayahnya 198,65 Km2, berjarak 71 km dari SoE, memiliki empat desa yang dihuni 6.605 jiwa.
Terakhir, Kecamatan Kuanfatu dengan luas wilayah 198,65 Km2, berjarak 42 km dari SoE berpenduduk 19.353 jiwa tersebar di tujuh desa. Jaringan listrik sudah dibangun, tinggal menunggu pasokan listrik.
General Manager PLN Wilayah NTT, Richard Safkaur, mengakui bahwa masih banyak daerah di NTT yang belum menikmati listrik. Saat ini, katanya, rasio elektrifikasi NTT baru sebesar 58%, atau masih 42% yang belum berlistrik. Rasio elektrifikasi Kabupaten TTS hingga tahun 2015 sebesar 44,25%. “Untuk itu PLN Wilayah NTT terus berupaya mendapatkan tambahan anggaran dari APBN maupun Anggaran PLN, untuk terus menambah kapasitas pembangkit dan perluasan jaringan ke wilayah-wilayah yang belum berlistrik,” kata Safkaur.
Direktur Bisnis Regional Sulawesi dan Nusa Tenggara PT PLN (Persero), Machnizon, mengatakan PLN memberi target sekitar tahun 2019 rasio elektrifikasi di NTT sudah mencapai 95%. Upaya menuju arah tersebut, katanya, saat ini PLN telah mengalokasikan tambahan pembangunan pembangkit, baik dari lanjutan program 10.000 mega watt (MW) maupun program 35.000 MW. Di antaranya tambahan PLTU IPP 2×15 MW dan Kapal Listrik 60 MW yang akan memperkuat Sistem Timor.
Machnizon mengatakan Provinsi NTT mendapatkan tambahan pembangkit listrik tersebar dengan total sebesar 225 MW yang meliputi Kupang 140 MW, Rote 5 MW, Alor 10 MW, Maumere 40 MW, Labuan Bajo 20 MW dan Waingapu 10 MW. Pembangunannya direncanakan sampai dengan tahun 2019. Sedangkan untuk meningkatkan Rasio Elektrifikasi provinsi NTT yang saat ini sekitar 58% dan target di tahun 2019 menjadi 80% Pemerintah melalui Kementerian ESDM akan melaksanakan “Program Indonesia Terang” (PIT) dimana NTT mendapat alokasi 35 MW. Program tersebut untuk menjangkau daerah-daerah terisolir yang belum terlistriki oleh PLN. (Ang)