SURABAYA, beritalima.com – Delapan mahasiswa asing Universitas Surabaya (UBAYA) suka bikin dan makan tempe. Ini terlihat saat mereka mencoba bikin tempe raksasa di bawah bimbingan seorang pelaku UKM bernama Nurhasan, di Kampus UBAYA, Kamis (24/11/2016).
Kedelapan mahasiswa UBAYA itu berasal dari Belanda, Korea Selatan, Kamboja, Meksiko, dan Thailand. Mereka dengan telaten mengikuti instruksi Nurhasan yang merupakan pengerajin tempe di kampung tempe yang berada di kawasan Tenggilis Kauman Gang IV Surabaya.
Dengan penuh semangat mereka mulai mencuci bersih kedelai, merebusnya hingga empuk. Terus, mereka lakukan proses peragian hingga rata, dan mereka tuangkan ke dalam cetakan berukuran 150 cm x 30 cm untuk menciptakan tempe raksasa.
“Hari ini saya memandu mereka cara memproses pembuatan tempe raksasa,” kata Nurhasan, UKM binaan Pemkot Surabaya ini.
Salah satu mahasiswa asal Meksiko, Francisco Leoncio Monjaras Romo, mengaku baru kali itu melihat proses fermentasi kedelai menjadi tempe. “Sangat menarik. Ini pengalaman pertama saya membuat tempe, yang ternyata tidak sulit,” ungkapnya.
Saking penasarannya, Leo sempat mencicipi kedelai yang telah dicampur dengan ragi. “Enak kawan, saya sudah mencobanya,” kata dia pada kawannya.
Lain halnya dengan mahasiswa asal Kamboja, Punleung Thouk, menjelaskan bahwa di negaranya kedelai biasanya dijadikan sup dan susu kedelai.
“Di negara saya belum pernah saya menjumpai tempe seperti ini. Tapi kemarin saya sudah mencobanya, dan harus ada penyesuaian dulu terhadap lidah saya,” ujarnya sembari tertawa.
Ia juga menceritakan jika di Indonesia ada tempe sebagai makanan khas yang berbahan dari kedelai. Di negaranya ada makanan tradisional yang bernama Nam punch chock (Bahasa Kamboja) dan sangat digemari oleh masyarakat Kamboja.
“Di negara saya, mulai makan sehari-hari hingga pesta rakyat selalu ada Nam punch chock sebagai hidangan,” ujarnya. (Ganefo)
Teks Foto: Mahasiswa asing UBAYA ketika membuat makanan khas Indonesia berbahan kedelai di kampusnya, Kamis (24/11/2016)