Denny JA Membangun Political Legacy Melalui Marketing Politik

  • Whatsapp

Prof. Firmanzah, PhD Saya ingin mengawali review buku ini dengan ucapan selamat kepada Denny JA yang telah berhasil meramu sebuah tulisan. Buku ini terstruktur secara baik dan mudah dipahami oleh hampir semua lapisan pembaca. 
Tentu membutuhkan kecerdasan tingkat tinggi untuk menuangkan ide dan gagasan yang sangat kompleks, ambigu, dan rumit menjadi sebuah naskah yang mudah dipahami oleh semua orang. 
Kehadiran buku ini akan menjadi sumber referensi penting baik bagi kalangan akademisi, praktisi, konsultan politik, dan pihak-pihak yang akan maju dalam kontestasi politik (politisi maupun partai politik). Juga buku ini segera menjadi rujukan bagi pengamat politik. Kalau kita melihat sejumlah referensi tentang marketing politik dengan penerapannya di tingkat praktik maka kita menyadari bahwa marketing politik adalah sebuah disiplin ilmu baru yang berkembang seiring dengan proses demokratisasi di dunia. 


Secara definisi keilmuan marketing politik relatif baru. Namun secara praktik sejatinya marketing politik tak terpisahkan dengan aktivitas perpolitikan. 
Marketing politik sudah lama dilakukan oleh para politikus untuk menarik simpati dan bahkan mendulang suara. Misalnya saja, di era Romawi Kuno, untuk memperebutkan kursi senator mereka tidak jarang harus mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk pertandingan Gladiator guna menarik simpati dan suara. 
Event Gladiator bukan hanya sekedar pertandingan antara petarung tetapi menjadi ajang memperebutkan pengaruh dan kekuasaan politik. 
Mengapa Gladiator? Karena masyarakat Romawi Kuno sangat menggemari pertarungan ini. Politikus Romawi kuno telah menggunakan metode yang disebut sebagai market-driven political campaign.
-000/ Market-driven political campaign dalam bentuknya bisa beragam. Antara lain pemilihan figur yang akan berkompetisi. Penyusunan visi-misi, dan program kerja prioritas. Juga strategi konten dan komunikasi politik, sampai dengan penyusunan koalisi. 
Kampanye elektoral juga menerapkan prinsip-prinsip market-driven political campaign seperti pemilihan media kampanye. Contohnya: Televisi, Radio, Website, Whatsapp, Youtube, Instagram, Twitter.
Termasuk dalam strategi itu adalah pemasangan baliho, Spanduk, Umbul-Umbul. Juga pemilihan dan mekanisme silaturahmi tokoh, dan seminar politik. Juga itu strategi pembentukan dan pengorganisasian relawan. Juga  strategi penggalangan dana kampanye. 
Pilihan-pilihan strategi kampanye untuk memenangkan persaingan politik harus dan wajib menyesuaikan dengan konteks politik, persoalan, tantangan, aspirasi, harapan, dan kegelisahan yang terdapat di masyarakat. Tugas utama dari politisi dan tim sukses sebelum dan selama kampanye elektoral adalah memenangkan, menginterpretasikan dan menerjemahkan apa saja yang terjadi di masyarakat. 
Itu bisa bentuk figur politik yang cocok untuk ditawarkan, program kerja yang menjawab persoalan, sampai dengan metode-metode kampanye yang dianggap paling sesuai dengan kondisi di lapangan. 
Dalam hal ini tingkat kesesuaian (degree of fitness) antara ‘apa yang diharapkan’ oleh masyarakat dengan ‘apa yang ditawarkan’ akan sangat meningkatkan probabilitas keterpilihan. Kecerdasan politik terletak dan akan sangat ditentukan oleh tingkat kesesuaian akan hal ini. 
Ini adalah esensi dari apa yang disebut sebagai ‘market driven political campaign’.       
-000-  Kita patut mengapresiasi Denny JA yang selama ini menginisiasi penggunaan metode ilmiah (contohnya: polling, profiling) sebagai konsultan politik. Bahkan Denny JA disebut sebagai ‘The Founding Fathers’ konsultan politik dan survei opini publik di era pasca reformasi.
Hal ini yang juga menurut saya menjelaskan mengapa Denny JA dan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang dimilikinya memiliki catatan positif dalam pemenangan baik pemilihan presiden (pilpres), pemilihan gubernur (pilgub), pemilihan walikota, dan pemilihan bupati. 
Hal ini dikarenakan metode yang digunakan oleh Saudara Denny JA dan LSI adalah market-driven political campaign. Yaitu menginvestigasi persoalan di lapangan dengan berbagai metode polling. 
Setelah itu dilakukan profiling tiap segmen pemilih. Sekaligus profiling tokoh politik yang mampu menjawab aspirasi pemilih. Tentunya metode dan teknik yang digunakan Denny JA dan LSI tidak hanya dengan metode polling dan profiling saja. Tetapi juga mengoptimalkan penggunaan metode lainnya seperti Pro-Innovation, Public Opinion, Positioning, Product, Pull Marketing, Push Marketing, dan Post Election. 
Kombinasi dari penggunaan hal ini yang juga menjelaskan mengapa Denny JA dan LSI memiliki track-record positif dalam strategi pemenangan politik di tanah air.  Kredibilitas dan reputasi mereka juga sangat baik karena ditopang dengan penggunaan metode yang terstruktur, sistematis, ilmiah dan berbasis data. 
Tidak kalah pentingnya adalah analisis yang dilakukan dengan tetap menjaga kadar objektivitas yang baik.  Rekomendasi yang dihasilkan juga dapat dipertanggungjawabkan.
-000/ Hal menarik dalam buku ini adalah konsep ‘Political Legacy’. Menurut saya ini penting untuk menjadi bahan kajian dan diskusi bagi semua pihak. 


Denny JA mengajukan tesis bahwa puncak menjadi seorang politisi terletak pada warisan (legacy) yang di/ter-tinggalkan dalam sebuah masyarakat. Baik yang sifatnya hard legacy maupun soft legacy. 
Tentu hal ini sangat menarik mengingat Indonesia saat ini menganut rezim pemilihan berkala (lima tahunan). Ia berpotensi mereduksi banyak hal ke dalam perspektif kepentingan jangka pendek atau lima tahunan. 
Besar kemungkinan apa yang akan ditinggalkan dan diwariskan kepada masyarakat kurang mendapatkan perhatian para politisi. 
Denny JA memberikan muatan etis dalam marketing politik soal pencapaian kerja seorang politisi. Sukses tidaknya seorang politisi bukan berdasarkan klaim politisi, di saat dan pasca menjabat.
Sukses seorang politisi berada dalam kesan dan image. Yaitu apa yang tertanam dalam benak publik pasca sang politisi itu berkuasa. 
Tentunya semua politisi akan berharap yang tertanam dalam memori publik adalah kesan dan image positif. Tapi tertanamnya hal-hal yang sifatnya negatif seringkali tak terhindarkan. 


Itu ujian terbesar  seorang politisi ketika berkuasa. Apa legacy politisi itu untuk diingat oleh generasi mendatang? Hal menonjol apa yang bersifat monumental dan luar biasa yang dilakukannya? Kebijakan apa yang terus membekas dan tertanam dalam memori kolektif? Tentunya untuk mewujudkan political legacy yang positif bukanlah hal yang mudah. Mengingat pasca memimpin atau berkuasa, akan hadir pemimpin baru yang tidak jarang berusaha membangun basis reputasi baru.
Celakanya hal tersebut dilakukan dengan menegasikan capaian-capaian dari para pemimpin lama. Ketika berhadapan dengan masyarakat yang berkarakter progresif (menatap masa depan) dan kurang retrospektif (berkaca pada masa lalu), prestasi pemimpin lama mudah terlupakan. 
Tapi ini harus menjadi prioritas.  Political legacy itu hal yang monumental. Apalagi jika ia berupa  sejarah baru bagi perjalanan suatu masyarakat, bangsa dan negara. 


Program kerja yang genuine ditopang oleh sebuah visi besar untuk memecahkan persoalan yang paling strategis merupakan salah satu cara agar apa yang dilakukan oleh seorang politisi atau pemimpin menjadi ‘abadi’ di memori publik. -000-
Lantas, setelah semua hal sudah dijelaskan secara garis besar dalam buku ini, pertanyaannya: bagaimana bisa menang ketika semua pihak sudah mengetahui metode yang harus digunakan? 
Sukses tidaknya tentunya akan ditentukan pada seberapa piawai konsultan politik melakukan manuver melalui bauran 10P Marketing Politik di lapangan. 


Tingkat kesesuaian (degree of fitness) dari bauran strategi dengan kondisi di lapanganlah yang dapat memprediksi seberapa besar probabilitas keterpilihan seorang kandidat dalam kontestasi politik.   Buku ini sangat menarik, karena Denny JA tidak hanya memberikan perspektif teoritis dan akademis. Tetapi Ia juga menyajikan case study dari berbagai negara sesuai dengan topik bahasan. 
Selain itu juga, yang menonjol dalam buku ini adalah sharing pengalaman (experience in vivo) Denny JA dan LSI selama 17 tahun menjadi konsultan politik. 
Buku ini merupakan percikan dan refleksi pergulatan akademik, pengalaman, dan observasi yang sangat menarik untuk dibaca. Ia menjadi sumber referensi penting bagi mereka yang ingin mendalami dan menambah wawasan akan marketing politik. 
Semoga buku ini ikut membuat tidak hanya dunia marketing politik di Indonesia menjadi lebih berkualitas. Tetapi buku ini juga berkontribusi positif pada dunia perpolitikan nasional. Ia ikut membangun peradaban politik di tanah air, menjadi lebih dewasa dan matang.***Sumber tulisan: https://www.facebook.com/322283467867809/posts/3231403126955814/?extid=rLURUR7QEXx0LT8W&d=n

-000-

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait