Denny Siregar
Melihat gambar ini, di mana Prabowo tampak sangat hormat kepada Jokowi dan itu ditunjukkannya di depan publik, saya tersentuh. Prabowo ternyata mampu menempatkan dirinya, di mana ia berada. Meski secara garis keturunan, kekayaan maupun pengalaman, ia jauh di atas Jokowi, tapi ia tetap mampu bersikap dengan elegan.
Saya sempat punya pertanyaan di kepala, “Pakde ini punya aji apa sih, sampai orang bisa segan kepadanya?”
Pertanyaan saya terjawab, ketika bertemu dan ngobrol dengan seorang tokoh, seorang Jenderal besar yang punya koneksi dekat ke Jokowi. Dia bercerita, bagaimana Jokowi sering mengundang banyak tokoh, termasuk dirinya, untuk sekadar makan siang di istana. “Lu tahu gak, apa menu makan siang Jokowi ?” Dia bertanya serius. Jelas saya enggak tahu, wong enggak pernah diundang.
Dia meneruskan, “Tiap gua diundang makan siang, menu makannya Jokowi pasti sayur lodeh, tempe sama tahu. Itu terus. Gua yang biasa makan mewah di rumah, suka enggak minat diundang maksi ke istana. Enggak enak,” sang tokoh itupun ketawa ngakak.
Jokowi itu tidak pernah mencuri dengan memanfaatkan jabatannya. Itu yang membuat saya juga jadi tidak mencuri. Kalau dia mencuri, saya pasti akan mencuri lebih besar dari dia.
“Sialnya lagi, si itu (dia menyebut nama seorang tokoh) selalu kabur kalau diundang maksi. Dia mending cari nasi padang.” Kamipun tertawa bersama.
Tapi di sinilah saya melihat, bahwa rasa hormat itu timbul karena kesederhanaan seorang Jokowi. Ini yang tidak bisa dilawan, karena mereka di sekitarnya merasakan aura itu.
Bahkan ada seorang tokoh lagi, seorang pengusaha kaya yang ada di sekitar istana, pernah bicara, “Jokowi itu tidak pernah mencuri dengan memanfaatkan jabatannya. Itu yang membuat saya juga jadi tidak mencuri. Kalau dia mencuri, saya pasti akan mencuri lebih besar dari dia.”
Dari perbincangan dengan para tokoh itu, saya jadi mengenal sosok Jokowi di luar dari penglihatan publik kebanyakan. Mereka hormat karena yang dihormati pun layak menerima kehormatan. Dan semua itu muncul spontan tanpa kepura-puraan ataupun karena ada kepentingan.
Begitulah pemimpin. Ia memberi contoh, bukan sekadar bicara manis dengan kemunafikan. Karena kemunafikan pasti mengundang kemunafikan lainnya.
Sesudah Prabowo dekat dengan Jokowi karena pekerjaannya, ia pun merasakan hal yang sama. Dan gestur tubuhnya tidak bisa disembunyikan.
Entah kapan lagi kita akan bertemu sosok unik seperti Jokowi ini. Mungkin seratus tahun lagi. Tapi biarlah saya nikmati kebersamaan saya sebagai rakyat dengan Presiden saya sekarang ini.
Duh, siang ini secangkir kopi nikmat sekali.