TRENGGALEK, beritalima.com
Virus Corona atau lebih dikenal dengan Corona virus disease 2019 (Covid-19) ternyata sedemikian cepat menyebar ke seluruh dunia. Awal pandemi yang ditemukan di daerah Provinsi Wuhan, China tersebut jangkauan sebarannya tak pandang bulu baik itu negara berkembang, negara maju bahkan negara adi daya sekalipun tak luput dari terornya.
Kecepatan jelajah sebaran wabah ini mendorong sejumlah negara membuat pembatasan, baik itu lintas batas negara hingga membatasi interaksi di antara warga negaranya sendiri atau biasa disebut ‘social distancing’. Tujuannya jelas, mencegah dan meminimalisasi penyebaran wabah virus corona.
Namun, ini juga berarti satu hal yakni guncangan ekonomi.
Arus pergerakan orang, pariwisata dan perdagangan sangat terdampak akan adanya hal tersebut.
Begitupula di Kabupaten Trenggalek, sejumlah kebijakan pembatasan interaksi mulai dari jaga jarak aman hingga pembatasan akses termasuk bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan ibadah di rumah sejak beberapa waktu lalu telah diberlakukan.
“Alasannya, setiap nyawa adalah sesuatu yang paling berharga dibandingkan hal lainnya demikian pula kesehatan masyarakat. Sehingga, segala resiko harus diambil oleh pemerintah,” sebut Sunyoto, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Trenggalek kepada beritalima.com, Jumat (27/3/2020).
Dan hasilnya, lanjut Sunyoto, dipungkiri ataupun tidak kebijakan-kebijakan tersebut sangat mungkin melahirkan paradoks, (sesuatu yang bertentangan_red), berupa surutnya aktivitas ekonomi di banyak sektor. Apalagi, Trenggalek yang masih banyak bertumpu pada konsumsi domestik dan sektor informal.
“Sumber pendapatan daerah maupun masyarakatnya masih banyak dipengaruhi oleh kepariwisataan dan kegiatan ekonomi yang sifatnya skala kecil,” imbuhnya.
Tentu, berbagai hal sudah di fikirkan serta diantisipasi oleh pemerintah termasuk langkah kebijakan strategis baik dari pusat maupun level daerah. Untuk itulah, dihimbau kepada seluruh elemen masyarakat untuk bersabar dahulu. Karena semakin kita tidak mengindahkan dan mengikuti protokol ‘social distancing’, dampak ekonomi pun bisa semakin lama dan tak tertutup kemungkinan jadi bertambah buruk. Tidak ada yang menginginkan adanya bencana, namun ketika situasi itu ada harus dihadapi bersama.
“Kalaupun ada dampak, semua sudah merupakan resiko. Terpenting, masyarakat tetap tenang karena pemerintah sudah mengambil langkah untuk itu. Salah satunya, Pemkab sudah melakukan pendataan terhadap para pedagang di seputaran destinasi wisata dengan kategori rawan miskin,” pungkasnya. (her)