SANANA, beritalima.com | Beginilah kemeriahan Festival Tanjung Waka (FTW) yang digelar di Desa Fatkauyon, Kecamatan Sulabesi Timur, Sabtu (4/11/2023).
Di balik kemeriahan acara tersebut menurut Naipon Ali, seminar tentang pakaian adat dan bahasa Sula yang digelar di Stay Home Tanjung Waka dalam waktu bersamaan, dianggap gagal bahkan bisa mendatangkan petaka.
Staf Khusus Bupati Kepulauan Sula itu berpendapat, para pemateri harus memiliki segudang ilmu serta rekam jejak sebagai tokoh pendidikan.
Seminar tentang pakaian adat dan bahasa Sula yang dilaksanakan bersamaan dengan Festival Tanjung Waka (FTW) memanas saat salah seorang narasumber mengatakan bahasa Sula berkiblat pada bahasa Fagudu, bahasa Falahu dan bahasa Fatce tanpa menyebut bahasa Mangon.
“Bahasa Sula itu berdiri sendiri tidak termasuk rumpun Austronesia sehingga pakar bahasa dunia mempertanyakan berasal dari nenek moyang mana”, terang tokoh pendidikan itu.
Pria yang mengawali pengabdian sebagai guru hingga akhirnya menjadi dosen itu menambahkan, saat salah seorang pemateri mengangkat tentang bahasa sula yang berkiblat pada bahasa Figudu, bahasa Falahu, bahasa Fatce, tanpa menyebut bahasa Mangon, langsung diprotes.
“Ini seminar asal-asalan atau jadi-jadian”, pungkasnya. (Dinnur Soamole)