JAKARTA, Beritalima.com– Melalui pelajaran di sekolah, para pelajar baru sekadar mengerti tentang Pancasila. Untuk bisa memahami dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, pelajar perlu diberi sosialisasi Empat Pilar MPR.
Hal itu dikatakan Ketua Badan Anggaran MPR RI, Ir H Idris Laena usai melakukan sosialisasi Empat Pilar MPR dihadapan ratusan siswa SMA Negeri XV Jakarta Utara, Senin (19/8).
“Bahkan dengan sosialisasi juga diharapkan muncul sifat patriotisme dan kebanggan kepada bangsa dan negara,” kata politisi senior Partai Golkar dari Dapil Provinsi Riau II tersebut.
Dikatakan pria kelahiran Riau 12 Januari 1965 tersebut, Empat Pilar MPR ini sangat bagus di sosialisasikan kepada pelajar dan mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa karena bakal tertanam jiwa patriot dan cinta tanah air. “Cukup banyak sekolah termasuk di Dapil yang meminta diberi sosialisasi Empat Pilar MPR. Ini akan kita lakukan terus ke sekolah-sekolah lain,” kata Idris tanpa menyebutkan sekolah yang meminta diberikan Sosialisasi.
Sebelumnya dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR dihadapan para siswa, guru dan alumni SMAN XV Jakarta, Sekretaris Fraksi Partai Golkar MPR RI ini menyampaikan kekagumannya terhadap kekayaan Indonesia.
Diceriterakannya, Indonesia adalah Negera yang besar, terdiri dari 17,000 pulau, 1370 suku, serta 800 bahasa. Kekayaan Indonesia, itu menurut anggota Komisi VI DPR RI bukan hanya membanggakan tetapi juga berpotensi terjadinya perpecahan.
Uni Soviet, ceritera Idris, negara adidaya itu kini telah hilang dari peta dunia. Negara itu terpecah menjadi belasan negara kecil yang memerdekakan dirinya sendiri. Demikian pula halnya dengan Yugoslavia.
Negara yang dulunya makmur dengan angkatan perangnya yang sangat kuat, kini menjadi negara-negara sendiri, sesuai kelompok-kelompok yang hidup di sana. Sedangkan Libanon, negeri nan Indah itu saat ini dilanda kecamuk perang saudara yang tak berkesudahan.
Di Libanon, pertempuran bisa terjadi kapan saja, meski sebelumnya dalam kondisi damai. “Kita harus syukuri hidup di Indonesia. Kita memang belum terlalu maju, tetapi kita hidup dengan aman dan damai. Kita bisa melakukan aktifitas, tanpa harus merasa takut dan mencekam,” kata politisi yang kembali terpilih menjadi wakil rakyat pada pemilu serentak lalu.
Suasana seperti itu, lanjut Idris harus dipertahankan. Caranya, semua kelompok dan suku-suku yang ada di Indonesia, saling menghormati satu dengan yang lainnya. Tidak boleh ada satu kelompok pun yang merasa menang sendiri. Semua harus mau berkorban demi kepentingan bersama.
Dalam acara yang merupakan kerjasama MPR RI dengan Bina Prestasi Nusantara (BPN), Idris juga memberikan contoh sikap toleransi dan pengorbanan yang patut di tiru oleh generasi muda dimana umat Islam Indonesia rela menghapus tujuh kata dalam Piagam Jakarta sehingga untuk menjadikan Pancasila seperti yang dikenal sekarang.
Saat itu, para ulama lebih mengutamakan persatuan dan kesatuan Indonesia, dibanding ego keagamaan. Dan dengan sukarela serta keikhlasan yang tinggi mereka memilih negara Kesatuan Republik Indonesia dibanding negara Islam.
“Sikap-sikap seperti ini harus senantiasa dikedepankan. Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, di atas kepentingan kelompok dan golongan. Inilah yang akan membuat NKRI terus bersatu. Tetapi jika masing-masing kelompok, mengutamakan kepentingan golongannya sendiri, sangat mungkin NKRI ini akan terpecah belah.”
Menurut dia, negara yang kuat bukan ditentukan militernya. Sejarah membuktikan Uni Soviet yang ditakuti Amerika kini lenyap dari peta dunia. Kuat lemahnya suatu negara ditentukan oleh rasa nasionalisme seluruh warganya.
“Jika nasionalisme masyarakat tinggi, apapun hambatan yang dihadapi, mereka akan bersatu padu menghadapi hambatan yang menghadang. Tanpa harus menunggu militernya turun tangan,” demikian Idris Laena. (akhir)