JAKARTA, Beritalima.com– Bangsa Indonesia jangan sekali-kali melupakan sejarah atau yang dipopulerkan Proklamator Bung Karno dengan sebutan ‘Jas Merah’ yakni peran para ulama dan umat Islam memperjuangkan kemerdekaan.
Minimnya pengetahuan akan sejarah bangsa, dikhawatirkan akan menimbulkan pemahaman yang keliru yang pada akhirnya melakukan hal yang sangat buruk.
Hal tersebut dikatakan Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) dalam sosialisasi Empat Pilar MPR RI di depan lebih 400 jamaah masjid di Aula Pertemuan kompleks Masjid Raya Al Ittihaad, Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (17/3).
Dia mencontohkan aksi brutal penembakan masjid di Selandia Baru. Dari manifesto yang dibuat, teroris memiliki kebencian mendalam kepada para imigran yang disebutnya penjajah. Padahal si teroris adalah berkebangsaan Australia dan rasnya adalah imigran yang menjajah tanah Australia dari penduduk aslinya Aborigin.
“Itulah bukti bahwa pengetahuan sejarah si teroris sangat rendah sehingga apa yang diyakininya menjadi salah dan merugikan banyak orang. Itulah mengapa pemahaman dan pengetahuan sejarah yang benar sangat penting, demi menghindari mispersepsi sejarah yang sangat fatal,” kata dia.
Dalam konteks Indonesia, kata Hidayat, ada juga terjadi fenomena minimnya pengetahuan sejarah tentang siapa saja elemen-elemen bangsa yang membentuk Negara Republik Indonesia yang menyelamatkan Pancasila dan NKRI.
Islamophobia muncul disebabkan pemahaman yang keliru, seolah-olah tidak ada perannya umat Islam sebagai salah satu elemen besar bangsa ini dalam sejarah-sejarah penting Indonesia tersebut. Islamophobia juga secara sepihak, melabelkan kegiatan-kegiatan besar umat sebagai radikal, anti Pancasila dan NKRI.
“Padahal jika melihat sejarah secara benar maka akan tertoreh dengan tinta emas dalam sejarah bangsa tentang toleransinya umat Islam dalam berbagai peristiwa sejarah, seperti peristiwa penghapusan kata awal sila pertama Pancasila dan kembalinya bentuk negara dari Republik Indonesia Serikat (RIS) menjadi NKRI hingga saat ini. Lalu darimana logikanya umat Islam itu anti Panca Sila dan NKRI.”
Diungkapkan, begitu dia akrab disapa, kiprah umat Islam sampai ke hal-hal sederhana namun berdampak besar yakni menciptakan lagu mars perjuangan yang selalu dinyanyikan.
Hingga kini yakni salah satunya lagu Hari Merdeka (17 Agustus) yang diciptakan Al Habib Muhammad Ibn Al Husein Al Muthahar atau dikenal dengan nama H. Mutahar. Lagu-lagu perjuangan gubahannya lainnya adalah lagu Hymne Syukur dan Hymne Pramuka.
“Beliau juga yang memprakarsai terbentuknya Paskibraka, beliau tokoh utama kepanduan Pramuka. Beliau sosok yang dipercaya Bung Karno menyelamatkan Sang Saka Merah Putih yang akan dirampas penjajah.”
Diingatkan, umat Islam harus betul-betul juga memahami sejarah bangsa dan negara. Jangan ada umat Islam yang membid’ah-bid’ahhan bahkan sampai mengkafirkan Indonesia, Pancasila, UUD dan NKRI. Indonesia adalah warisan perjuangan para ulama, kyai, habaib baik yang ada di organisasi dan partai Islam.
“Intinya, sekali lagi, jangan sekali-kali bangsa Indonesia seluruhnya melupakan sejarah Pancasila, sejarah UUD, sejarah NKRI dan sejarah Bhinneka Tunggal Ika,” tandas politisi senior Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini. (akhir)