SURABAYA, beritalima.com – Setelah sukses meraih penghargaan Learning City di Cork, Irlandia beberapa waktu lalu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini kembali membidik penghargaan The Lee Kuan Yew Award 2017. Lee Kuan Yew Award merupakan penghargaan bergengsi berkelas internasional untuk kota berprestasi dunia.
Berbagai macam persiapan telah dilakukan Wali Kota beserta jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) salah satunya dengan mempresentasikan beberapa program yang sudah dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dihadapan tim juri berjumlah 4 orang. Mereka berada di surabaya selama tiga hari mulai tanggal 25-27 September 2017.
Sebelum presentasi dimulai, Pemkot Surabaya menerima rombongan tim juri Lee Kuan Yew Award yang dipimpin oleh Larry Ng selaku Direktur Grup Arsitektur dan Urban Design Excellence (AUDE), Urban Redevelopment Authority (URA) serta 3 orang lain yakni M. Wong Mun Summ, Prof. Wolf Daseking dan Roslinah Bohari di Ruang Sidang Walikota Surabaya, Senin (25/9/2017). Mereka diterima Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini dan beberapa jajaran OPD serta beberapa narasumber.
Dalam paparannya di hadapan dewan juri, Walikota Surabaya Tri Rismaharini menjelaskan berbagai macam program yang sudah dilakukan oleh seluruh stakeholders. Mulai dari pemkot, jajaran OPD, media dan masyarakat untuk berperan aktif membangun Kota Pahlawan salah satunya membangun perkampungan di surabaya.
Menurut wali kota, hampir 60 persen wilayah di surabaya adalah perkampungan yang selalu diidentikkan dengan kondisi yang kumuh, kotor dan tidak berpendidikan. Oleh karenanya, ia ingin mengubah dan menunjukkan kepada masyarakat bahwa kampung di surabaya akan menjadi lebih bersih, aman, nyaman dan tertata ke depannya.
Wali kota mencontohkan kampung pendidikan. Di kampung ini, masyarakat setempat menyepakati bahwa pada waktu belajar televisi tidak boleh menyala. “Tujuannya supaya konsentrasi anak-anak tidak terpecah saat belajar dan kesepakatan ini bisa diterapkan dan mampu dikontrol oleh masyarakat setempat,” kata Risma.
Disampaikan pula oleh wali kota tentang kampung ramah lingkungan. Menurutnya, warga yang ada di perkampungan surabaya sebagian besar mampu mengelola sampah secara mandiri, dengan mengubah sampah organik menjadi kompos untuk menanam tanaman. “Tidak hanya itu, warga juga mengolah sampah kering yang mana hasil penjualannya mencapai 72 juta per bulan,” urainya.
Adapun, Rumah Bahasa dan Rumah Matematika, yang dapat dijumpai di Kompleks Balai Pemuda, mendorong masyarakat lebih mencintai pelajaran bahasa dan matematika. Rumah Bahasa merupakan contoh konkret peran aktif relawan yang bersedia mengajar bahasa kepada masyarakat. Relawan bahasa ini datang dari kalangan mahasiswa, akademisi, maupun konsulat jenderal negara-negara sahabat. Kini, tak kurang dari 13 bahasa dapat dipelajari di Rumah Bahasa secara gratis. Sedangkan Rumah Matematika menawarkan konsep belajar dengan cara yang menyenangkan dengan diselingi beragam permainan, sehingga matematika kini tak lagi menakutkan bagi anak-anak.
Selain itu, guna mendorong minat baca masyarakat, Pemerintah Kota membangun taman baca masyarakat (TBM) dan perpustakaan yang dapat dijumpai di balai RW dan taman-taman kota. TBM dan perpustakaan dapat dijumpai di 1.500 titik yang tersebar di seluruh penjuru kota.
Serta, Broadband Learning Center (BLC) di 50 lokasi dapat dimanfaatkan warga untuk belajar mengenai komputer dan internet. BLC ini banyak dimanfaatkan ibu-ibu pelaku UKM untuk memasarkan produknya secara online. Meski, para pelajar sekolah tak mau ketinggalan memanfaatkan BLC meningkatkan skill di bidang teknologi informasi.
Terbaru, Pemkot Surabaya membangun co-working space bernama “Koridor” yang berada di pusat kota. Tepatnya di lantai 3 gedung Siola. Tempat ini disediakan bagi para pelaku industri kreatif dan start up Surabaya untuk berdiskusi dan berkarya lebih jauh. Pada waktu-waktu tertentu, Koridor juga digunakan oleh Google untuk memberikan pelatihan tematik.
Tak hanya secara teoritis, Pemkot Surabaya juga memberikan bekal wirausaha praktis secara gratis. Melalui Pejuang Muda dan Pahlawan Ekonomi, warga dapat mengakses pelatihan yang nantinya dapat menjadi bekal bagi memulai bisnis sendiri. Program tersebut rutin digelar di Kapas Krampung Plaza (KAZA) setiap hari Sabtu dan Minggu mulai pukul 10.00 WIB.
Konsep belajar diterapkan kepada seluruh lapisan masyarakat. Tak terkecuali mereka dengan kebutuhan khusus. Di Pondok Sosial Kalijudan, anak-anak berkebutuhan khusus mendapat bekal pelatihan sesuai minat dan bakat. Mayoritas anak-anak di sana menggemari pelatihan melukis. Berkat pelatihan dan pendampingan rutin, mereka mampu menghasilkan lukisan-lukisan berkualitas. Tak jarang lukisan mereka dipamerkan di sejumlah galery dan harga jual lukisan tersebut cukup tinggi. Dengan demikian, mereka mampu memperoleh penghasilan dari hasil lukisan tersebut.
Usai mendengar presentasi dari wali kota, Larry Ng selaku Direktur Grup Arsitektur dan Urban Design Excellence (AUDE), Urban Redevelopment Authority (URA) mengucapkan terima kasih kepada pemkot karena diterima dengan baik dan sudah mendengarkan kemajuan Kota Surabaya dari segala bidang. “Apa yang sudah kamu lakukan untuk kota mu sungguh sangat luar biasa. Kerja yang bagus dan mampu dipercaya,” ungkap Larry usai mendengar presentasi wali kota.
Setelah mendengar dan melakukan tanya jawab, tim juri langsung meninjau beberapa lokasi diantaranya, gedung siola (UPTSA, Comand Center Room, Puspaga dan Coworking Space), lalu dilanjutkan ke Kampung Lawas Maspati serta Kampung Gundih.