Di Langkah BI Jadi ‘Mak Comblang’ UMKM, Wagub Jatim Bilang ‘Ojo Wedi’ Ekspor

  • Whatsapp
Difi Ahmad Johansyah, Kepala Perwakilan BI Provinsi Jawa Timur, di sela acara Business Matching Indonesia-Jepang Ekspor Produk Unggulan Jawa Timur, Selasa (30/4/2019).

SURABAYA, beritalima.com – Sejalan dengan program Bank Indonesia untuk mengurangi defisit transaksi berjalan melalui peningkatan ekspor, Kantor Perwakilan BI Provinsi Jawa Timur bekerjasama dengan Indonesia-Japan Business Network mengadakan “Business Matching Indonesia-Jepang Ekspor Produk Unggulan Jawa Timur”.

Kegiatan yang digelar di Kantor Perwakilan BI Provinsi Jawa Timur pada Rabu (30/4/2019) ini dihadiri Wakil Gubernur Provinsi Jawa Timur, Emil Dardak.

Tidak kurang dari 60 UMKM Jawa Timur binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia se-Jawa Timur dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur mengikuti kegiatan ini.

“Jika kita lihat nilai impor Jepang sekitar US$ 600 juta atau 5 kali lipat ekonomi Jawa Timur, tentu membuka peluang lebar bagi Jawa Timur untuk menjadi mitra Jepang,” tutur Emil.

Hanya saja dituturkan oleh Emil, Quality Control (QC) Jepang yang tinggi menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh para eksportir.

“Walau begitu kita tak boleh mudah menyerah. Jangan sampai hanya diberi feedback negatif lalu kita mundur,” tuturnya. “Prinsipnya ‘ojo wedi’ atau jangan takut terhadap langkah ekspor,” tambahnya.

Selain QC, permasalahan perizinan dan standardisasi produk, kemampuan Sumber Daya Manusia, kapasitas produksi serta minimnya saluran pemasaran juga dihadapi oleh sejumlah UMKM yang mencoba masuk ke pasar Jepang.

“Pada kegiatan ini BI berperan menjadi ‘mak comblang’ bagi UMKM untuk dipertemukan dengan pasar Jepang yang diantaranya adalah anggota dari IJB-Net,” tutur Difi A. Johansyah, Kepala Perwakilan BI Provinsi Jawa Timur.

Emil mengapresiasi kegiatan yang diadakan oleh Bank Indonesia ini. “Saya melihat dari UMKM yang hadir sebagian diantaranya telah ready to export, sebagian yang lain telah memiliki potensi untuk ekspor. Hal ini harus terus kita dorong,” ujarnya.

Apalagi ada dukungan dari BI, yang menurutnya telah berhasil membina pelaku industri kopi di beberapa titik di Jatim.

“Banyak yang sudah menjadi profesional dan bisnisnya jalan. Sehingga, apa yang dilakukan BI ini punya track record yang baik,” puji Emil.

Dituturkan oleh Emil, salah satu strategi untuk menembus pasar ekspor adalah dengan membuat communal branding.

“Jika UMKM kita berjuang sendiri-sendiri tentu susah. Namun jika kita membuat aliansi dengan membantu satu sama lain, memanfaatkan jejaring yang sudah ada dan memiliki standardisasi produk dan kapasitas, tentu akan lebih mudah,” jelas Emil.

Dikatakan oleh Difi, sebagai kelanjutan dari program ini akan diadakan sejumlah kegiatan business matching lainnya.

“Sebelumnya kami telah melakukan kegiatan serupa dengan Malaysia dan sudah ada beberapa yang tembus pasar Malaysia,” ungkapnya.

“Dan rencananya pada Kamis ini juga akan diadakan kegiatan serupa dengan buyer dari Singapura. Tujuannya agar mereka mendapatkan produk Jatim yang berkualitas sesuai kebutuhan pasar Singapura,” pungkas Difi. (Ganefo)

beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *