SURABAYA, beritalima.com | Bulan Juni diperingati sebagai Bulan Bung Karno, dimana Presiden pertama Republik Indonesia (RI) lahir dan juga wafat di bulan Juni. Untuk memperingati dan juga meneladani semangat perjuangan Soekarno, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menggelar Sekolah Kebangsaan.
Sekolah Kebangsaan ini digelar selama tiga hari, mulai Senin (13/6/2022) sampai Rabu (15/6/2022) dan diikuti oleh siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Surabaya. Para peserta diajak untuk belajar tentang sejarah hidup dan juga perjuangan Bung Karno semasa hidupnya di Kota Surabaya
Menariknya, Sekolah Kebangsaan ini diadakan di tempat-tempat yang memiliki nilai historis dan juga filosofis dalam hidup seorang Bung Karno. Senin (13 Juni 2022) diadakan di Rumah Lahir Bung Karno di Jalan Pandean IV. Selasa (14 Juni 2022) diadakan di Kantor Pos Kebon Rojo, yang dulunya merupakan lokasi sekolah Hoogere Burgerschool (HBS) tempat Bung Karno sekolah, dan Rabu (15 Juni 2022) diadakan di Rumah H.O.S. Tjokroaminoto, tempat indekos Bung Karno
Seperti Pakar Sejarah Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Rojil Nugroho Bayu Aji, pada kesempatan tersebut ia memberikan materi mengenai kiprah Soekarno selama berada di Kota Surabaya. Sebab, selama ini masyarakat mengenal sosok Soekarno lahir di Kota Blitar. Namun di Bulan Bung Karno 2022, ia meluruskan bahwa Sang Proklamator lahir di Kota Surabaya pada 6 Juni 1901.
“Karena itu Soekarno dan Kota Surabaya ini sangat dekat karena memiliki kenangan historis, yang harus kita jadikan spirit dan teladan bagi anak-anak SMP,” kata Bayu Aji, Rabu (15/6/2022).
Soekarno yang lahir dengan keterbatasan, dari orang tua seorang yang berprofesi sebagai guru, kemudian pindah dari Pulau Bali dan lahir di Kota Surabaya. Lalu kembali berpindah ke Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Jombang, hingga Kabupaten Mojokerto. Saat di Kabupaten Mojokerto, Soekarno mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS).
“ELS setara dengan tingkat SD, yang sebelumnya Soekarno pernah di Hollandsch Inlandsche School (HIS). Melalui dua sekolah itu, Soekarno dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan di Hogere Burgerschool (HBS), yakni pendidikan menengah umum pada zaman Hindia Belanda,” ujar dia.
Selama di Kota Surabaya dan bersekolah di HBS, Soekarno tinggal dan menyewa kamar di Rumah H.O.S. Tjokroaminoto. Dengan keterbatasan Soekarno bersekolah, ia menjelaskan bahwa Sang Proklamator mampu menjadi pemimpin sekaligus memerdekakan Bangsa Indonesia.
“Saya mengaitkan keterbatasan Soekarno saat menempuh pendidikan, bahwasanya adik-adik pelajar SMP ini harus belajar, bekerja keras, dan memiliki cita-cita yang tinggi, agar bisa menjadi seperti Soekarno,” jelas dia.
Menurutnya, semangat belajar dan cara Soekarno membangun Bangsa Indonesia dengan keberagaman Bhineka Tunggal Ika dan dasar Negara Pancasila, memberikan warisan keberagaman harus mampu diwujudkan oleh para generasi penerus. Baik Ketuhanan hingga keadilan, termasuk Kebhinekaan yang harus menjadi perekat persatuan Indonesia.
“Soekarno tokoh yang menginginkan rakyatnya bisa bersatu dari seluruh kalangan masyarakat Indonesia. Maka, para generasi penerus juga harus menerapkan nilai-nilai gotong-royong Pancasila, termasuk kebhinekaan. Yang nantinya ketika dewasa bisa menggapai cita-cita dan memberikan sumbangsih kepada bangsa dan negara,”pungkasnya.
Sebagai informasi, para pemateri Sekolah Kebangsaan berasal dari para pakar dan pengamat sejarah bergantian memberikan materi menarik tentang sejarah hidup dan juga bagaimana Bung Karno mendapatkan gagasan dan juga pemikiran tentang nasionalisme dan persatuan bangsa.
Dengan adanya Sekolah Kebangsaan ini, diharapkan para pelajar yang merupakan generasi muda penerus bangsa bisa terus meneladani dan sekaligus mengimplementasikan semangat perjuangan Bung Karno dalam kehidupan mereka sehari-hari untuk masa depan bangsa Indonesia. (*)