BONDOWOSO, beritalima.com – Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Al Barokah di Desa Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, mulai mengembangkan diversifikasi produk padi organik.
Produksinya bukan hanya beras organik putih dan merah serta hitam sebagaimana yang sudah dikenal, tapi juga minyak bekatul organik dan sereal bekatul organik.
“Sekarang kami mulai memproduksi minyak bekatul organik dan sereal bekatul organik,” kata Ketua Gapoktan Al Barokah, Mulyono, di acara yang digelar Bank Indonesia Kantor Perwakilan (BI KPw) Jawa Timur di Bondowoso, Kamis (23/8/2018).
Acara ini diantaranya dihadiri Kepala Grup BI Jatim, Harmanta, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bondowoso, Munandar, Pendamping Gapoktan yang juga Dosen UMM, Prof Indah Prihantini, dan Deputi BI Jember, M Lukman Hakim.
Gapoktan Al Barokah adalah bagian dari klaster beras organik yang ditangani Kantor Bank Indonesia Perwakilan Jember bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Bondowoso. Kerja sama itu berawal pada 2008, saat Bondowoso mengalami krisis pupuk kimia.
Saat itu harga pupuk urea tembus Rp 300 ribu per kwintal. Pemkab Bondowoso kemudian mengembangkan program organik dengan nama Bondowoso Pertanian Organik (Botanik).
Semula ada 6 klaster program ini. Namun program ini tidak bertahan lama, dan tinggal tiga klaster yang bertahan. Selain itu, pada tahun 2010, tinggal Desa Lombok Kulon yang tetap melaksanakan program ini.
Tahun 2013, Kantor BI Jember mulai turun tangan mengembangkan klaster tersebut. Deputi Kantor BI Jember, Lukman Hakim, mengatakan, potensi Lombok Kulon untuk mengembangkan beras organik luar biasa.
“Sumber airnya masih murni,” kata Lukman. Ia mengaku senang karena klaster ini berkembang cepat dan sekarang memiliki luas lahan kurang lebih 150 hektare. Per hektarnya para petani bisa memproduksi 4 ton beras organik.
Deputi Kepala Perwakilan BI Jatim, Hermanta, mengatakan, selain di Bondowoso, ada juga klaster binaan BI di Malang dan Kediri.
“Nanti kami koneksikan menjadi kekuatan besar, sehingga bisa menembus pasar ekspor untuk mengatasi current account deficit dan membantu nilai tukar rupiah kita,” kata Hermanta.
Diungkapkan, pihaknya membantu petani tujuannya tak lain untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian.
“Kelompok tani tidak menjual produk berupa bahan mentah, tapi diolah. Kita bicara off farm,” kata Hermanta.
“Kalau dulu beras dijual hanya dalam bentuk gabah, sekarang diproses jadi beras sekalian dengan packagingnya dan brandingnya,” jelasnya.
“Dengan strategi off farm mulai dari penggilingan, harapannya dengan branding kuat, marketing juga kuat,” tambahnya. (Ganefo)
Teks Foto: Ketua Gapoktan Al Barokah, saat menjelaskan minyak yang diproduksi dari bekatul beras organik, Kamis (23/8/2018).