SURABAYA, Beritalima.com| Pembangunan di Kota Batu terus berkembang dari waktu ke waktu. Kota yang dulunya berbentuk kecamatan ini terus menampakkan perubahan secara fisik yang signifikan. Fenomena tersebut menimbulkan pergeseran, yang dulunya Batu hanya sebagai jujugan peristirahatan, kini menjadi destinasi utama bagi seluruh wisatawan domestik maupun mancanegara. Bahkan sebelum pandemi tahun 2019 jumlah kedatangan wisatawan di Batu melampaui terget yakni menembus 7,2 juta pengunjung.
Dengan perubahan yang terbilang drastis dalam waktu singkat, membuat masyarakat Kota Batu harus menyesuaikan diri dengan perkembangan predikat sebagai kota wisata. Di lain sisi, Kota Batu merupakan wilayah yang cukup kental dengan kearifan lokal. Hal tersebut ditunjukkan melalui tradisi budaya yang hingga kini terus eksis digiatkan oleh masyarakat Batu. Salah satunya adalah Selametan Desa/Kelurahan.
Pekan ini, salah satu kelurahan di Kota Batu yang terlatk di pusat kota, yakni Kelurahan Ngaglik melakoni gawe besar Selametan Kelurahan. Program rutin kelurahan ini dilaksanakan dalam bulan Maret 2022 dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
“Tradisi ini merupakan perilaku turun temurun yang diwariskan oleh para pendahulu dalam rangka bersih desa/ kelurahan. Dimana para pendahulu memperingati hari jadi (gawe besar) tersebut di setiap malam selasa kliwon bulan ruwah tiap tahunnya”, ujar Edwin Yogaspatra Harahap, Lurah Kelurahan Ngaglik.
Kegiatan Selametan Kelurahan ini dibagi menjadi dua agenda besar. Yakni, perlombaan karya masyarakat berupa pembuatan kain khas Ngaglik yakni pembuatan kain lipat jumput Kembang Tanjung, festival keroncong, pertunjukan seni tradisi yang akan dipertunjukkan pada acara puncak pada tanggal 19-20 Maret 2022 di komplek pendopo kelurahan. Serta tatanan tradisi dengan acara puncak berupa Kenduri Agung pada 14 Maret 2022 bertempat di pendopo kelurahan.
“Rangkaian tatanan tradisi tersebut diawali dengan anjir kelurahan atau bisa disebut sebagai rembug bareng masyarakat. Kemudian dilanjutkan dengan titir semintulan yakni pengumuman kepada masyarakat luas. Lalu dilanjutkan dengan susuk wangan susuk kalen yakni kerja bakti lingkungan sekitar. Setelah itu gugur gunung yakni pembersihan tempat-tempat keramat di wilayah kelurahan. Dilanjutkan dengan tilik danyang atau bisa disebut survei tempat yang akan dipasang pecok bakal. Lalu keesokan harinya adalah iber-iber pemasangan pecok bakal. Kemudian dilanjutkan dengan Kenduri Agung sebagai acara puncak. Dan diakhiri dengan napak tilas pada malam hari berkeliling jalan kaki di sekitaran wilayah Ngaglik”, ujar Whisnu selaku Ketua Pelaksana Selametan Kelurahan.
Edwin Yogaspatra Harahap selaku Lurah Ngaglik berharap dengan Selametan Kelurahan ini dapat mewujudkan sikap toleransi (tepo seliro) antar masyarakat Ngaglik yang bisa dibilang majemuk. Inilah bentuk wujud syukur kepada Sang Pencipta yang tlah memberikan segala kehidupan di wilayah ini. Termasuk ungkapan terimakasih kepada para leluhur yang tlah mendahului atas kontribusi besarnya pada perkembangan kehidupan di Kelurahan Ngaglik. (utg)