Dia Lebih Hina Daripada Pecundang

  • Whatsapp

Oleh :
Rudi S Kamri

Seorang pecundang adalah orang yang selalu kalah tapi tidak pernah mengaku kalah. Lebih hina daripada pecundang adalah orang kalah yang tidak pernah mau mengaku kalah dan malah pamer kebodohan dengan mengatakan ucapan selamat adalah budaya Barat. Di sisi lain dia dalam kenyataannya juga sering mengucapkan kata selamat kepada orang lain. Pingin ninju gak sih ?

Pertunjukan kebodohan hari ini dipamerkan seorang pecundang yang bernama Sandiaga Uno. Manusia yang termasuk species “Lelaki Tulang Lunak” ini alih-alih mau mengakui kekalahannya, bahkan mengucapkan selamat kepada sang pemenang sebagai etika normatif berdemokrasi pun dia pura-pura tidak tahu budaya mana. Ironisnya ibunya sok mengajarkan tata etika kepada orang lain tapi lupa mengajari anaknya untuk beretika.

Bagaimana kita bisa mengharapkan para pendukung Paslon 02 bisa beretika baik, kalau mereka nyatanya diberi contoh etika yang super buruk dari jagoannya. Pasangan calon 02 memang klop. Yang satu seorang pecundang dan yang lainnya lebih hina dari seorang pecundang.

Indonesia telah diselamatkan Tuhan dari cengkeraman duo pecundang. Dua manusia ini tidak hanya seorang petarung yang buruk, tapi juga seorang petarung oportunis yang telah membiarkan kendaraannya ditumpangi oleh kaum radikalis Islam yang membahayakan keselamatan bangsa dan negara. Untuk melampiaskan nafsu keserakahan dan haus kekuasaan yang over dosis, mereka berdua menghamba dukungan dari kelompok Islam pro khilafah. Mereka rela mengeluarkan uang sekian triliun untuk membiayai pasukan kadal burik yang memecah belah persatuan bangsa. Budaya manakah itu hey Lelaki Tulang Lunak ?

Kedua orang ini khususnya si Lelaki Tulang Lunak harus kita black list dari kehidupan demokrasi Indonesia di masa yang akan datang. Dia bisa menjadi preseden buruk bagi perjalanan demokrasi Indonesia yang sedang tertatih-tatih mencari bentuk. Dia mempunyai rekam jejak yang buruk dalam kontestasi politik di negeri ini. Tahun 2017 bersama pasangannya yang sekarang jadi penguasa tunggal di Balai Kota Jakarta menggunakan politik identitas keagamaan yang terburuk sepanjang sejarah demokrasi di negeri ini. Ayat dan mayat serta kebohongan digunakan sebagai alat untuk meraih kekuasaan.

Tapi Tuhan tidak tidur. Dia dipermalukan dalam kontestasi Pilpres 2019 yang telah menggerus uangnya sekian triliun. Ujaran kebohongan yang berulang-ulang disampaikan oleh Lelaki Tulang Lunak ini untuk memfitnah Presiden Jokowi, dibalas tunai dengan kekalahan yang menyakitkan. Saya tidak terbiasa berbahagia di atas penderitaan orang lain, tapi khusus untuk Lelaki Tulang Lunak ini saya begitu bersyukur atas penderitaan memalukan yang dideritanya. Entah kenapa saya begitu bahagia.

Kali ini saya ingin bertanya kepada si Lelaki Tulang Lunak. Engkau menggunakan referensi budaya apa saat menyuruh penyanyi dangdut DP untuk membuka seluruh bajunya saat tampil di Bali beberapa waktu lalu ?

Biasanya orang kalah mengundang simpati, tapi kali ini melihat kelakuan orang kalah seperti Lelaki Tulang Lunak ini boro-boro simpati, yang ada bawaannya sebel level akut.

Ada yang mau nemenin aku sebel gak ?

Salam SATU Indonesia,
30062019

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *