Dialog memegang peranan penting dalam upaya menangkal ekstrimisme, radikalisme, dan xenophobia, karena itu, Indonesia-Belanda senantiasa mendorong dilakukannya dialog untuk menciptakan harmoni dan perdamaian ditengah keberagaman, Pada tataran bilateral Indonesia menyelenggarakan dialog lintas agama dengan 25 negara sahabat, sementara pada tingkat regional dan internasional Indonesia menyelenggarakan dialog dengan sejumlah negara sahabat, antara lain dalam kerangka ASEM, APEC, Asia Pacific Regional Interfaith Dialogue, dan UNAOC.
DLA yang dilakukan oleh Netherland –Indonesia Coonsortium for Muslim-Christian Relations (NICMCR), yang diselenggarakan oleh Lembaga non-profit Konsorsium Indonesia-Belanda, dengan tema pendidikan dan kurikulum pendidikan agama. Selain itu akan ada peluncuran kumpulan tulisan dari 12 penulis Belanda dan 15 penulis Indonesia yang bertajuk ‘Costly Tolerant’, pada Dialog ke 4 ini.
Kegiatan Dialog antara Umat Muslim dan Kristen ini, melibatkan Istitut Agama islam Negeri (IAIN) dan Universitas Kriten Indonesia Maluku (UKIM), dengan jumlah peserta adalah 100 Peserta.
Dialog dibuka oleh Gubernur Maluku, Ir.Said Assagaf, mengatakan, Daerah ini sangat gembira dengan pemilihan kota Ambon menjadi tempat pelaksanaan Konferensi Internasional “Conference “Towards Inclusive Religious Education in the Netherlands and Indonesia”, hal ini sangat relevan, karena Maluku yang dulu dikenal sebagai daerah kerusuhan atau konflik antar umat Islam dan umat Kristen, khususnya sejak 1999 – 2003, kini telah berkembang menjadi salah satu daerah yang memiliki indeks kerukunan antar umat beragama tertinggi atau terbaik di Indonesia, setelah Bali dan NTT.
“Saya sagat senang dan bangga karena Provinsi Maluku khususnya Kota Ambon terpilih untuk menjadi tuan rumah dalam kegiatan Dialog Lintas Agama, Belanda-Indonesia antara Umat Muslim da Kristen, yang di dimulai pada hari ini, Rabu 24 agustus 2016, dan Saat ini Provinsi Maluku berada pada posisi ke 3, untuk daerah yang memiliki indeks kerukunan antar umat beragama tertinggi atau terbaik di Indonesia, setelah Bali dan NTT,” Jelasnya
Assagaf mengatakan bagi para peserta yang berasal dari belanda, untuk janagan takut, di Maluku, dan di Ambon ini aman, bisa dilihat dari tumbuhnya sikap pro-eksistensi, seperti suksesnya penyelenggaraan MTQ tingkat Nasional dan Pesparawi Tingkat Nasional di kota Ambon, yang didukung penuh oleh semua komunitas umat beragama di Maluku (Saat MTQ, ada Kafilah yang tinggal di Keuskupan, di rumah warga Kristen), demikian juga sebaliknya pada saat Pesparawi).
“Bukan cuman hanya itu, Maluku juga telah bertumbuhnya kesadaran untuk melakukan revitalisasi dan transformasi terhadap budaya lokal masyarakat Maluku yang memuat niali-nilai kearifan lokal (local wisdom) sebagai kekuatan integrasi kehidupan orang basudara di Maluku, melalui kegiatan panas pela dan gandong, bahkan ada angkat Pela antar sekolah, mayoritas Muslim dan sekolah yang mayoritas Kristen,” Ujarnya
Assagaf, Berharap semoga kegiatan ini benar-benar bisa memberikan angin segar bagi dunia pendidikan di tanah air, terkait soal carut marutnya pendidikan agama di sekolah-sekolah formal maupun non-formal, khususnya di provinsi Maluku dan Kota Ambon, dan kiranya kegiatan di Ambon ini, tidak saja melibatkan tokoh agama Islam dan Kristen tetapi juga agama-agama lain, serta menyertakan lebih banyak pakar dan akademisi.
“Dari Maluku, kami titip salam persahabatan orang basudara untuk dunia, Mari bangun rasa saling memahami, saling mempercayai, saling mencintai, saling membanggakan, dan saling menghidupi, dalam membangun masa depan dunia yang lebih damai,”Tutupnya (L.Mukaddar)