SURABAYA, beritalima.com | Gubernur Khofifah Indar Parawansa membeberkan potensi investasi Jawa Timur didepan 115 investor dalam acara Gala Dinner Annual Economic Gathering of Indonesia (AEGIS) 2019 di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Sabtu (12/10). Dalam acara tersebut, Khofifah memaparkan berbagai peluang investasi unggulan di sektor industri, pertanian, perikanan, pariwisata, pertambangan dan sektor energi, dan berbagai sektor lain dari 38 kabupaten/kota di Jatim, serta kawasan ekonomi khusus (KEK) Singasari, Kabupaten Malang.
“Jawa Timur merupakan salah satu barometer pembangunan bagi seluruh Provinsi di Indonesia dalam segala hal, sekaligus menjadikan daerah yang tepat untuk berinvestasi,” ungkap Khofifah, Sabtu (12/10).
Khofifah menerangkan, di sektor industri Pemerintah Provinsi Jawa Timur saat ini tengah fokus pada upaya membuka poros-poros industri baru di sejumlah wilayah potensial diantaranya di sisi barat dan selatan Jawa Timur, termasuk diantaranya Pulau Madura.
Pembukaan poros baru industri ini bagian dari upaya pemerataan ekonomi Jatim yang selama ini mayoritas berputar di wilayah Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Pasuran, dan Gresik. Menurut Khofifah, sektor industri kimia dasar, seperti industri semen, farmasi, bahan makanan, serta petro kimia sangat berpotensi dikembangkan dengan dukungan investasi asing.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, lanjut Khofifah, cukup menggembirakan. Ekonomi Jawa Timur tahun 2018 (y-o-y) tumbuh sebesar 5,50 persen, dengan laju inflasi mencapai 2,86 persen (y-o-y). Sedangkan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur semester 1 tahun 2019 (y-o-y) sebesar 5,64 persen, dan laju inflasi mencapai angka 2,36 persen (y-o-y).
Sedangkan PDRB komulatif Jawa Timur tahun 2018 sebesar Rp. 2.189,783 trilyun. Tiga sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB adalah bidang usaha penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 7,63 persen, jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 7,61 persen, serta industri pengolahan sebesar 7,55 persen. Adapun PDRB komulatif Jawa Timur semester 1 tahun 2019 sebesar Rp. 1.147,226 trilyun. Tiga sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB adalah bidang usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 7,59 persen, penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 7,39 persen, diikuti industri pengolahan sebesar 7,05 persen.
“Tingkat konsumsi dan daya beli masyarakat pun menunjukkan peningkatan yang signifikan. Artinya, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur selaras dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, di sektor pertanian dan perkebunan, Jawa Timur memiliki banyak sekali komoditi yang berpotensi besar untuk lebih dikembangkan, khususnya komoditi terkait tekstil dan makanan. Selain itu, tambah dia, sektor perikanan memiliki prospek yang bagus, didukung oleh pengembangan pelabuhan perikanan, pengembangan kawasan peruntukan perikanan budidaya dan garam.
“Kami berterimakasih Dirjen Asia Pasifik – Afrika Kemenlu RI mengundang investor dari Asia Pasifik dan Afrika untuk melihat lebih dekat dan detail berbagai potensi yang ada di Jawa Timur. Belum lama ini Presiden Jokowi juga telah menandatangani PP tentang Kawasan Ekonomi Khusus Singhasari. Dalam peraturan tersebut luas KEK Singhasari mencapai 120,3 hektare yang terdiri dari dua zona, pariwisata dan pengembangan teknologi. Tentunya ini peluang baru yang juga bisa dikerjasamakan. Mengingat sangat babyak insentif di KEK,” terangnya.
Annual Economic Gathering of Indonesia 2019 (AEGIS 2019), merupakan upaya Kementerian Luar Negeri RI bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam menjembatani Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan para pebisnis di Jawa Timur untuk memanfaatkan berbagai peluang kerjasama khususnya bidang perdagangan dan investasi dengan berbagai pihak di luar negeri, dengan cara mempromosikan potensi ekonomi Jawa Timur kepada para pebisnis Asia Pasifik dan Afrika.
Dalam kesempatan tersebut, sejumlah investor menyatakan ketertarikannya untuk menanamkan modalnya di Jawa Timur. Diantaranya Investor asal India yang mengaku tertarik berinvestasi komoditi tanaman dan pengolahan vanilla. Selain itu, investor asal Tunisia yang tertarik import bahan baku otomotif dan kereta api. Serta investor lain yang ingin mengimpor plastik dan printing asal Jatim. (*)