SURABAYA, Beritalima.com|
Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan telah dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Tak hanya dalam bidang komunikasi dan informasi, rupanya pengembangan AI sangat berpotensi dalam pelayanan masyarakat di bidang kedokteran gigi.
Hal ini Prof Dr Eha Renwi Astuti drg MKes Sp RKG Subsp RDP (K) sampaikan pada pengukuhan guru besarnya Selasa (5/9/2023) di Aula Garuda Mukti, Kampus MERR (C) Universitas Airlangga (Unair).
Revolusi Sistem dengan AI
Dalam orasi ilmiahnya, Prof Renwi, akrabnya, menekankan bahwa AI memiliki potensi untuk merevolusi sistem perawatan gigi di Indonesia.
“AI memiliki kemampuan untuk memproses data secara cepat dan menganalisis informasi dengan akurasi tinggi. Sehingga dapat bermanfaat untuk meningkatkan diagnosis, perawatan, manajemen data medis, dan efisiensi di bidang kedokteran gigi,” ujarnya.
Tingkatkan Akurasi dan Efisiensi
Tak hanya itu, AI juga berguna untuk mendeteksi berbagai macam kelainan pada radiografi yang terkadang sulit terdeteksi secara kasat mata. Hal itu dapat meningkatkan akurasi diagnosis dan mengurangi risiko kesalahan.
Gubes yang menempuh jenjang S1 hingga S3 di Unair itu juga menyebutkan potensi AI dalam meningkatkan efisiensi kerja dokter gigi. Contohnya, pada otomatisasi tugas-tugas yang berulang, seperti halnya pada analisa data radiografi.
Dengan kecanggihannya, AI berguna untuk mengembangkan sistem identifikasi forensik dari gigi-geligi manusia, mengestimasi usia, jenis kelamin, dan morfologi tengkorak, serta identifikasi personal berbasis radiografi bidang kedokteran gigi.
Prof Renwi menyampaikan bahwa pengembangan sistem AI di bidang radiologi kedokteran gigi perlu dilakukan secara sistematis dan kolaboratif. Para peneliti perlu bekerja sama dengan praktisi untuk menghasilkan sistem AI yang dapat diterapkan dalam rutinitas klinis.
Kembangkan Sistem AI
Saat ini, Prof Renwi dan tim sedang mengembangkan sistem AI sebagai alat bantu radiodiagnosis di bidang kedokteran gigi. Sistem itu harapannya dapat mendeteksi berbagai kelainan pada radiografi panoramik. Antara lain, karies gigi, gigi impaksi, lesi periapikal, dan kerusakan tulang alveolar.
“Pengembangan sistem AI ini perlu dilakukan secara sistematis agar dapat menghasilkan suatu model AI yang optimal dan dianggap siap untuk diimplementasikan di bidang kedokteran gigi,” jelas gubes asal departemen Radiologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Unair itu.
Dengan pengukuhan Prof. Dr. Eha Renwi Astuti sebagai guru besar, Unair semakin memperkuat kapasitasnya dalam bidang radiologi kedokteran gigi. Harapannya, dapat turut berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. (Yul)