Dinamisnya Harga Tomat Dan Sawi, Ini Kata Pegiat Pertanian

  • Whatsapp

MOJOKERTO, beritalima.com – Seperti diketahui, sayuran jenis sawi mengalami kenaikan harga. Di Jawa Timur misalnya, harga sawi di beberapa wilayah naik 30 % hingga 60 %. Pasalnya, kenaikan tersebut diakibatkan penurunan ketersediaan sawi. Bahkan di wilayah yang dianggap lumbung sawi, yaitu Kecamatan Tumpang dan Karangploso, Kabupaten Malang. Seperti halnya di Pasar Karangploso, harga sawi yang semula Rp. 15 ribu per-ikat, menjadi Rp 20 ribu per ikat.

Sebaliknya, tanaman hortikultura lainnya, yaitu tomat, mengalami ‘terjun bebas’. Di Dusun Balongbiru, Desa Balongbesuk, Kecamatan Diwek, Jombang misalnya. Petani harus mengelus dada akibat anjloknya harga jual tomat, yang semula per kilo bisa tembus Rp 10.000, sekarang menjadi Rp 2.000 per kilo.

Dinamisasi harga hortikultura jelang akhir tahun, menjadi perhatian banyak pihak. Tak terkecuali para pegiat pertanian. Diantaranya adalah Ketua Perempuan Tani (Pertani) HKTI Jawa Timur, ning Lia Istifhama, dan petani millenial asal Mojokerto dan juga pemilik UMKM AL Fasya, Akhmad Luthfy Ramadhani.

Ning Lia yang baru-baru ini masuk sebagai tiga besar tokoh muda Jatim yang disukai masyarakat, berharap terwujud kestabilan harga hortikultura. Terlebih, dia belum lama ini menghadiri panen sawi dan tomat di Mojokerto.

“Kebetulan tanggal 16 Oktober lalu saya menghadiri panen sawi dan tomat di Pacet (Mojokerto) bersama teman-teman Pertani HKTI Jatim. Saat panen, harga masih stabil dan petani sumringah. Namun dengan adanya kedinamisan harga, tentu ini menjadi kekhawatiran bersama. Dalam hal ini, jangan sampai menimbulkan kerisauan bagi petani.”

Ning Lia melalui telpon seluler (14/11), juga menambahkan semoga ada peran banyak pihak dalam menyeimbangkan persediaan dan permintaan.

“Semoga ada peran dari berbagai pihak untuk menyeimbangkan supply dan demand. Jika terjadi over supply atau ketersediaan melimpah melebihi permintaan pasar, semoga bisa dibantu pengolahan langsung di wilayah sekitar agar hasil panen yang terjun bebas, yaitu tomat, menjadi produk olahan yang lebih tahan lama. Dan untuk sawi yang defisit supply, mungkin bisa dibantu dengan alternatif sayur lainnya.”

Sedangkan Ramadhany menjelaskan bahwa di Mojokerto, harga hortikultura masih cenderung stabil. Namun dengan adanya dinamisasi harga di wilayah sekitar Mojokerto, cepat atau lambat akan memberikan dampak.

“Mau tidak mau, meski sekarang harga di pasar-pasar Mojokerto cenderung stabil, pasti akan segera naik turun akibat kondisi daerah lain. Hal ini semoga tidak menjadi celah oknum tertentu melakukan tindakan permainan harga. Sebagai contoh, jika sawi harganya normal, jangan dibuat kesan seakan-akan mulai langka sehingga harga harus naik. Dan sebaliknya, jangan sampai petani tomat ditakut-takuti dengan memaksa mereka menjual dengan harga anjlok.”

Lebih lanjut, mas Doni, panggilan akrabnya, berharap pemerintah hadir untuk mengantisipasi permainan oknum-oknum tertentu dalam penentuan harga hortikultura.

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait