KUPANG, beritalima.com – Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTT berkomitmen menambah luas areal tanam padi sesuai target yang telah ditetapkan untuk musim tanam April – September 2016 adalah seluas 57. 378 hektar (Ha) dari sebelumnya 42.000 Ha.
“ Saat ini realisasi luas tanam baru mencapai 42. 000 Ha atau kekurangan seluas 15. 378 Ha. Jadi kita terus gencar melakukan pendampingan dengan masing- masing penanggungjawab lapangan sehingga para petani bisa menambah luas areal tanam,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT, Anis Tay Ruba kepada wartawan di Kupang, Rabu (24/8/2016).
Ia menjelaskan, pada musim penghujan tahun 2015 lalu, target luas areal tanam sebanyak 220. 100 Ha. Namun yang berhasil terealisasi seluas 215. 249 Ha atau kekurangan sekitar 4. 851 Ha. Kekurangan realisasi luas areal tanam tersebut terus diatasi melalui upaya khusus dalam kerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Anis mengatakan pihaknya terus mendorong para petani melalui gerak panen tanam cepat. Caranya, memanfaatkan irigasi dan lahan pertanian yang sudah dicetak. Selain itu, mengoptimalisasi semua alat pertanian yang sudah dibantu, seperti benih dan pupuk bersubsidi yang telah dialokasikan.
“Target pencapaian luas areal tanam ini, tidak hanya di loksi irigasi tapi juga dengan lahan pertanian yang dilayani dengan pompa air, seperti di Magepanda, Kabupaten Sikka,” papar Anis.
Tentang program cari air dan panen air, Anis katakan, sasarannya untuk daerah tadah hujan dengan memanfaatkan pompa air. Berkaitan dengan program ini, Pemerintah NTT sudah mengajukan usulan bantuan 150 unit pompa air ke Kementerian Pertanian.
Usulan itu sudah direspon dan saat in sedang dilakukan validasi. Jumlah pompa air yang diusulkan itu, akan dibagikan di 18 kabupaten yang memiliki lahan cetak sawah. Ada empat daerah yang tidak mendapat alokasi dari pompa air yang diusulkan itu, yakni Kota Kupang, Kabupaten Belu, Sumba Barat Daya dan Sumba Tengah.
“Empat daerah itu belum termasuk dalam usulan bantuan pompa air itu karena belum dilakukan survei terkait percepatan usulan cetak sawah,” papar Anis.
Staf Ahli Bidang Infrastruktur Pertanian Kementerian Pertanian yang juga Penanggungjawab Upaya Khusus (Upsus) Swasembada Pangan NTT, Ani Andayani mengungkapkan, faktor terpenting dari keberhasilan program upsus swasembada pangan adalah ketersediaan air untuk pertanian. Dimana, keberadaan air tersebut tidak mungkin disubstitusi oleh input apapun. Air menjadi faktor kunci suksesnya upsus di NTT dalam kaitannya dengan luas tambah tanam sebagai target pencapaian swasembada pangan.
Menurutnya, kendala yang dihadapi NTT adalah tidak mendapatkan peluang bulan basah pada Juli sampai September. Untuk mengatasi permasalahan ini, perlu dicari sumber air alternatif yang dapat menggantikan kekurangan sumber air permukaan terutama pada pertanian lahan kering. Alternatifnya adalah sumber air yang berasal dari air tanah. Kementerian Pertanian melalui staf ahli bidang infrastruktur mencoba meramu suatu mekanisme pemanfaatan sumber air tanah tanah untuk diupayaterapkan di NTT. (Ang)